Bab 7 - Tragedi di Desa Badril (1)
Pondong balai desa langsung ribut.
Tak ada yang menyangka Frane akan memotong tangan Shira. Bahkan Mr. Takeshi, yang tadinya menyadari item magic Frane, juga tak mengira Blackwood akan berbuat hal picik seperti itu.
Orang-orang awalnya mengira Blackwood sudah kehilangan akal jika melakukan hal ini. Menodai etika duel akan menghancurkan reputasi mereka. Sama saja bunuh diri. Siapa pun akan menyangka Blackwood sudah tak bisa menahan emosi lagi dan langsung nekat membuat Shira kehilangan tangannya.
Tapi ketika mereka melihat artifact Tatalghia Kingdom di tangan Frane, semua orang langsung mengerti.
Blackwood memang kehilangan reputasinya setelah hari ini. Lagi pula memang sejak awal reputasi dan prestise mereka ternodai ketika Tuan Besar Blackwood gagal memfitnah Keluarga Yashura.
Namun sebagai gantinya, mereka mendapatkan koneksi dengan Pangeran Tatalghia.
Si pangeran adalah seorang hedonis. Menyukai hidup mewah dan perempuan. Sudah reputasinya bila Pangeran Tatalghia sangat dermawan kepada mereka yang memberikan hal-hal yang ia sukai. Tentu saja, hal ini juga berlaku bila seseorang membalaskan dendam untuknya, sesepele apa pun dendam itu.
Keluarga Yashura ramai menyambut Shira dan Mila, cepat-cepat memeriksa luka Shira.
“Apa tangannya masih bisa disambung dengan skill heal?” nada Shuro Yashura terdengar tak bersemangat ketika bertanya demikian.
Yang menjawab adalah Tilang Yashura, nenek yang merupakan Dewan Besar Keluarga Yashura. “Irisan dagingnya terlalu kasar. Dari situ saja sudah sangat sulit untuk menyambungkannya kembali. Ditambah lagi—”
“Curse effect. Pedang yang digunakan Frane Blackwood juga adalah artifact weapon milik Tatalghia Kingdom,” semua orang menoleh kepada orang yang memotong ucapan Tilang Yashura. Ternyata ia adalah Nenek Sari. “Curse itu meninggalkan jejak untuk mengurangi efektivitas elemen lain selain elemen chaos. Jika ingin menyambungkan tangannya, gak semudah menggunakan skill heal saja. Bahkan Healer Tier 3 pun gak bisa berbuat banyak.”
Wajah Shuro menjadi pucat. Ia sekarang baru menyadari, Pangeran Tatalghia dan Blackwood berencana membuat Shira cacat seumur hidup. Tanpa jalan keluar sama sekali!
Sect Master Yeela pun juga ikut maju untuk membantu.
“Aku memiliki artifact box. Tangannya gak bakal membusuk kalau disimpan di artifact ini bahkan seratus tahun pun sudah lewat,” katanya dengan nada prihatin. “Hari ini mungkin Shira gak mempunyai kesempatan untuk menyambungkan kembali tangannya. Tapi di masa depan, aku yakin pasti ada jalan keluar.”
“Artifact box?” suara Shuro Yashura hampir tercekik di lehernya. Kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi senyum meminta maaf. “Artifact ini pasti mahal. Kami gak mampu untuk membelinya.”
“Kepala Keluarga Yashura, apa yang Anda katakan? Aku gak bermaksud untuk menjualnya. Ambil saja, ini hadiah pertemuan kita,” desaknya sambil tersenyum ramah. “Nanti aku dan rombonganku akan mengunjungi Keluarga Yashura untuk membicarakan hal penting. Jadi jangan sungkan.”
“Terima kasih banyak Nyonya Sect Master! Hutang budi ini akan kami ingat terus!” kata Shuro sambil mengangguk-angguk seperti orang kesurupan.
“Mm. Aku ada urusan, mohon maaf, permisi dulu.”
Dengan begitu Sect Master Yeela pun pergi.
Nenek Sari menggunakan skill yang berelemen afinitas apinya untuk menutup luka Shira. Hanya beberapa menit, pendarahannya berhenti, dan jaringan kulit baru mulai menutupi lukanya.
Shira hanya diam ketika luka tangannya disembuhkan. Anggota Keluarga Yashura semua panik, tapi ia masih tenang. Badannya yang berkeringat serta kerut di wajahnya karena menahan rasa sakit pun perlahan-lahan memudar seraya skill Nenek Sari menyembuhkan tangannya.
Rasa sakitnya memang memudar. Tapi Shira masih merasa aneh karena bagian beberapa sentimeter di atas pergelangan tangan kanannya sudah tak ada lagi di situ.
Sedang Keluarga Yashura dilanda kepanikan dan kekhawatiran, berbeda lagi dengan Blackwood serta Tatalghia Kingdom.
Walaupun mereka dicemooh dan disoraki oleh orang-orang, wajah mereka puas melihat penderitaan Keluarga Yashura.
Hanya Pangeran Tua Tatalghia saja yang wajahnya menghitam melihat tingkah keponakannya.
“Pangeran, apa yang kamu pikirkan?” tanyanya dengan nada sedingin es.
“Paman gak usah marah begitu. Ini cuma masalah sepele. Kita harus menjaga muka Tatalghia Kingdom di sini supaya orang-orang tau mereka hanyalah semut di hadapan kerajaan kita.”
Wajah Pangeran Tua semakin tenggelam mendengar kepongahan keponakannya.
“Apa kamu tau siapa yang ada di balik Keluarga Yashura saat ini?” tanya Pangeran Tua dengan nada lebih dingin lagi.
Dengan santainya Pangeran Tatalghia mengeluarkan dua koin emas yang memiliki corak unik. “Memangnya ada apa? Kalau Ayahanda melihat koin ini pun beliau akan dengan senang hati membongkar Keluarga Yashura.”
“Kamu pikir hanya dengan menemukan koin itu kamu bakal berkontribusi untuk kerajaan?”
“Hehe. Posisiku sebagai putra mahkota bakal aman setelah ini.”
Pangeran Tua menggeleng-geleng dengan ekspresi gelap. “Kamu gak tau musuh macam apa yang bakal kamu bawa ke rumah kita.”
“Berapa orang bodoh yang pernah mencoba menantang Tatalghia Kingdom sebelumnya?” tanya Pangeran Tatalghia sambil membuka tangannya lebar-lebar. “Terus bagaimana nasib mereka? Mereka semua mati tanpa kuburan. Sekuat apa pun orang yang ada di balik Keluarga Yashura, jika dia mencoba menendang ke arah sini, sama saja dia menendang dinding besi. Hehe.”
“Kamu... apa kamu gak sadar kita gak sedang di wilayah Tatalghia Kingdom sekarang?”
“Paman, aku tau Paman sedang khawatir kalau prajuritku gak bisa menahan orang itu, bukan? Makanya Paman jangan panik dulu. Aku sudah buat rencana, dari awal sampai akhir, semua mendetail. Jadi Paman jangan khawatir, oke? Selama rencanaku berjalan dengan mulus, koin emas langit yang ada di Keluarga Yashura bakal menjadi milik kita.”
“Bukan itu maksudku...”
Wajah Pangeran Tua semakin lama semakin tenggelam. Dadanya terasa sesak karena merasakan firasat buruk yang menggumpal di situ.
Dan seperti dewa takdir yang sedang melihat ke arahnya, firasat buruknya pun sontak saja menjadi kenyataan.
Salah satu dari empat Guardian yang menjaga mereka muncul di hadapan Pangeran Tua.
Tapi tak seperti sebelumnya, penampilan Guardian yang nampak megah dan misterius kini sangat berantakan. Bajunya yang putih sudah merah karena darah, luka di mana-mana.
“Pangeran! Segera kabur dari sini! Kita dikepung!” lapor si Guardian dengan nada genting.
“Guardian D, ada apa? Siapa yang menyerangmu?” tanya Pangeran Tua Tatalghia dengan nada cemas.
“Pangeran Tua, lapor! Musuh kita adalah Purple Garden Sect!” jawab si Guardian D.
Wajah Pangeran Tatalghia muda yang tadinya santai karena mengira situasi berada di tangannya, kini tiba-tiba berubah menjadi gelap.
“Purple Garden Sect?” bibir Pangeran Tua Tatalghia gemetar, firasat buruknya semakin lama semakin menguat. “Sejak kapan kita menyinggung Purple Garden Sect?”
Guardian tersebut melihat ke arah Pangeran Tatalghia muda. Ia ada di situ ketika Pangeran Tatalghia hampir berkonflik dengan petarung elite Purple Garden Sect. “Lapor. Sebelumnya Pangeran Tatalghia hampir konflik besar dengan pihak Purple Garden Sect. Hamba sudah membujuk Pangeran untuk mundur, dan masalah seharusnya sudah selesai di situ.
“Tapi sekarang malah Purple Garden Sect melakukan serangan besar-besaran. Prajurit kita yang ada di kamp diserang oleh seratus anggota Purple Bloom Agent!”
“Seratus Purple Bloom Agent!” saking terkejutnya Pangeran Tatalghia langsung menampar jidatnya sekeras mungkin. “Seratus orang... apa kamu bilang desa ini adalah sarangnya Purple Garden Sect?”
“Sepertinya Purple Garden Sect sudah lama mendiami desa ini,” Guardian D mengangguk. “Pangeran Tua, kita harus cepat-cepat, Purple Bloom Agent sedang berusaha untuk menutup jalur pelarian kita. Bahkan kapal kita sudah dihancurkan oleh mereka!”
Pangeran Tatalghia mendengus keras. “Purple Garden Sect, berani-beraninya berbuat seperti ini! Mereka pasti sengaja membuat jebakan untuk kita. Sejak awal mereka memang mengincar kita masuk ke dalam perangkap—”
“Bodoh! Apa kamu gak sadar mereka bertindak tepat saat kamu baru saja membuat keributan di sini?!” desis Pangeran Tua. “Cepat bergerak! Gerak gerak gerak! Sebelum kita benar-benar dikepung Purple Garden Sect!”
Pangeran Tatalghia dan pengikutnya tak berani santai di saat ini. Mereka langsung berkumpul di belakang Guardian untuk dituntun seperti domba jinak.
“Di mana Guardian A, B, dan C? Kita butuh mereka kalau Purple Garden Sect membuat blokade nanti!” kata Pangeran Tua Tatalghia.
“Mereka sedang bertarung.” Jawaban Guardian D singkat.
“Apa Purple Bloom Agent lagi menekan mereka?”
“Bukan Purple Bloom Agent. Guardian A sedang bertarung sengit dengan seorang pria muda yang berpenampilan santai. Dari informasi yang kami miliki, seharusnya dia adalah Templar Moon Temple dengan talenta terbaik, Ghuntur!”
“Terus Guardian B dan C?”
“Ini... Guardian B dan C diserang oleh arwah tak dikenal.”
“Arwah? Apa di sini ada orang dari Blue Robe Acolyte Society?”
Guardian D menggelengkan kepala. “Arwah itu bukan dari fraksi mana pun. Saat menyerang, dia mengatakan kalau namanya adalah—“
“Arwah Baik Hati, beibeh!”
Ucapan Guardian D dipotong oleh suara santai yang bersemangat. Mereka menoleh, melihat seorang arwah tengah memegang dua kepala manusia yang baru saja di potong.
Gyl melempar dua kepala itu, bergelinding tepat di depan kaki Pangeran Tua Tatalghia dan yang lain.
“Guardian B! Guardian C!” Pangeran Tua mengenali wajah kepala yang dilempar oleh Gyl. Wajahnya dan anggota Tatalghia Kingdom yang lain menjadi pucat seputih kertas.
“Aku kira kalian sudah pada kabur. Ternyata masih aja ngerumpi di sini,” kata Gyl sambil melipat tangannya.
“Apa maumu? Apa kamu arwah yang melindungi Keluarga Yashura?” tanya Pangeran Tua berusaha meredakan kecemasan di nada suaranya.
Tapi Gyl terlalu malas untuk menjawab pertanyaan itu. “Kasih tau aku mana yang namanya Frane Blackwood. Setelah itu hidup mati kalian, tergantung bagaimana mood-ku nanti.”