Bab 66 - Skill Buff Terkuat Jaman Ini
Semua orang melihat ke arah Kepala Desa Badril ketika ia berkata demikian, kemudian pandangan mereka kembali ke Mr. Takeshi yang terkenal.
Banyak orang, yang merupakan penggemar Mr. Takeshi, ingin sekali mendengarnya berbicara lebih banyak lagi. Di antara penonton pun, yang tak begitu terpaku pada ketenarannya, memang ingin mendengar pendapat ahli sepertinya.
Mr. Takeshi mengangguk.
“Gerakan Shira Yashura sangat bersih sekali. Kelihatannya sudah seperti seorang pro. Apa para hadirin juga melihat tadi? Kuda-kuda Shira, bagaimana? Dia sudah memasang kuda-kuda sebelum Frane menyerang, tapi sangat natural, kuyakin gak ada orang menyadarinya, bahkan aku sendiri baru sadar setelah Frane tau-tau ditendang olehnya.”
Orang-orang mengangguk ketika Mr. Takeshi memberi penilaian tinggi pada Shira. Tapi masih banyak orang desa yang tak percaya, bukannya Shira adalah anak cacat sejak dulu? Mereka tak mungkin ingin mempercayai ucapan Mr. Takeshi, karena uang mereka sudah ditaruh semua pada Frane.
“Itu adalah kuda-kuda untuk mengelak. Shira semenjak awal memasang perangkap. Dia akan menghindari serangan Frane dan melakukan serangan balasan setelahnya. Yang aku kagumi adalah bagaimana Shira menyiapkan kuda-kuda yang sangat natural seperti itu, barangkali hanya jika musuhnya Martial Artist saja gerakan itu bisa digagalkan.”
Mendengar itu, ada seseorang penonton di dekat Mr. Takeshi yang berkata pada temannya.
“Jadi kalau begitu wajar jika Frane kalah ditendang sampai keluar arena, kan? Sepertinya Shira gak bisa melakukan hal itu untuk kedua kalinya.”
Mr. Takeshi mendengar ucapan orang itu, dan tentu orang-orang juga mendengarnya.
“Kamu salah!” kata Mr. Takeshi. “Bahkan jika aku mengatakan gerakan Shira sangat bersih sekali, tapi dia gak mungkin bisa mendapatkan kemenangan dengan mudah hanya mengandalkan kemampuannya sendiri. Apa para hadirin tau faktor terpenting di babak pertama tadi?”
Para penonton menunggu Mr. Takeshi melanjutkan komentarnya dengan penuh khidmat dan antisipasi.
Apa faktor terpenting di babak pertama tadi? Yang membuat Shira dengan mudah memenangkan babak pertama duel ini?
“Itu karena musuhnya Frane,” kata Mr. Takeshi melanjutkan sambil menutup kelopak matanya tenang.
“Frane Blackwood?” penonton yang mendengarnya pun mengangkat alis.
“Apa maksudnya itu? Frane Blackwood adalah Knight level 14. Sedang katanya, Shira, yang terakhir kita tau dia masih Novice level 3. Walau Shira sudah naik level, tapi yang pasti dia gak jauh-jauh dari situ. Perbandingan kekuatan mereka kelewat jauh. Apa Mr. Takeshi bilang Frane kalah... karena dia kurang kuat?”
“Iya. Seharusnya jika dilihat dengan kekuatan mereka saja, Frane jauh melewati Shira.”
Mr. Takeshi tak membantah ucapan mereka, menarik napas, membuka mata, lalu hanya tersenyum kecil. “Kekuatan mereka memang berbeda jauh. Tapi babak pertama Shira yang menang. Apa para hadirin masih belum mengerti juga?”
Mr. Takeshi mengambil jeda lagi, menunda-nunda waktu, membuat penonton penasaran.
“Kekuatan dan talenta Frane mungkin jauh di atas Shira. Tapi salah! Salah salah salah! Potensi mereka beda jauh.
“Ada pepatah di antara para Ranger yang berbunyi, ‘hati-hati makan ayam hutan’. Kenapa ada pepatah itu? Karena ayam hutan rupanya mirip sekali dengan Ayam Lahar, yang dagingnya akan memeleh menjadi cairan panas ketika dicerna. Orang yang memakan Ayam Lahar, jika gak segera ditangani, seratus persen akan mati di tempat!
“Bahkan Ranger pun gak berani meremehkan ayam hutan. Ranger yang bodoh adalah yang gak berhati-hati. Mengira semua ayam bisa dimakan begitu saja. Ranger seperti ini, adalah mereka yang akan mati dini.
“Lalu apa hubungannya ini dengan Shira dan Frane? Kita hubungkan saja. Sekarang anggap Shira itu ayam, dan Frane adalah Ranger-nya. Frane sedang lapar, terus pengen makan ayam. Dia lihat Shira, mengira dia ayam hutan jinak, yang ternyata adalah Ayam Lahar!
“Tapi begonya, dia meremehkan Shira. Sejak awal pertandingan, menolak menggunakan skill buff, menunjukkan kalau dia gak melihat Shira sebagai musuhnya dan yakin akan memenangkan duel ini. Konyol itu. Kalau ini pertempuran betulan, sikap begitu cari mati namanya. Orang yang besar kepala dan meremahkan musuhnya adalah yang pertama kali terkena jebakan di medan pertempuran, aku sudah melihat banyak orang-orang sepertinya mati konyol tanpa ada makna sama sekali.”
Ada orang-orang yang mengangguk membenarkan ucapan Mr. Takeshi. Mereka yang melihat ke arah Frane Blackwood hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala prihatin karena wajah anak bangsawan itu, sudah pucat seputih kertas.
Frane tahu ia tak akan mendapat pujian dari Mr. Takeshi seperti Shira karena telah kalah di babak pertama. Tapi mendapatkan penilaian seperti itu, sama saja ia ditusuk-tusuk dengan pisau.
Kritikannya terlalu pedas, mau ditaruh di mana muka Frane?
Bahkan Tuan Besar Blackwood, saking malunya, berniat untuk menyuruh Frane menggugurkan diri dan kabur dari desa itu.
“Tapi sekarang Frane Blackwood sudah mengeluarkan skill buff-nya,” tiba-tiba seorang bangsawan dari kerajaan lain, dengan nada jengkel, menyahut di tengah-tengah penonton yang duduk di pondong. “Bahkan skill itu adalah ‘Emperor Blessing’ yang mempunyai reputasi hebat. Mister, walau aku menghormatimu sebagai salah satu pahlawan Benua Tiramikal, tapi bukankah kritikanmu untuk Tuan Muda Blackwood sudah kelewatan?”
Mr. Takeshi melihat bangsawan itu dengan sebelah matanya. Ia pun menjawab dengan malas, “’Emperor Blessing’, walaupun aku bukan orang timur, tapi aku tau satu dua hal tentang skill ini.”
‘Emperor Blessing’ adalah skill yang muncul di jaman kekaisaran dulu. Jika asal-usulnya ditelusuri, barangkali sejarawan bisa sampai ke sejarah dinasti-dinasti yang ada sebelum Benua Tiramikal berganti namanya tiga belas ribu tahun yang lalu.
Bagaimana ‘Emperor Blessing’ bisa sampai di tangan kerajaan kecil East Tiramikal Kingdom, salah satu pustakawan pun mengatakan leluhur East Tiramikal Kingdom dulunya adalah seorang penjarah. Ada sejarah tertulis tentang itu. Tiga belas ribu tahun yang lalu, saat benua ini berganti nama, terjadi perang yang sangat besar sampai-sampai tujuh benua mengalami kehancuran di mana-mana.
Dinasti clan puluhan ribu tahun hancur. Murid-murid ratusan ribu sekte terbantai dalam kejamnya perang. Konon, kata si pustakawan itu, leluhur East Tiramikal Kingdom nekat menjarah clan yang baru saja runtuh. Ia banyak mendapat harta karun, salah satunya adalah skill buff ‘Emperor Blessing’ ini.
Kehebatan skill ini pun, Mr. Takeshi memang pernah mendengarnya. Di masa peperangan dan pemberontakan di East Tiramikal Kingdom, para prajurit kerajaan itu sering kali membalikkan keadaan hanya dengan skill buff ini.
“Tapi ya, kubilang lagi, hanya skill ‘Emperor Blessing’ saja... babak kedua sudah kelihatan hasilnya.”
Mr. Takeshi mengatakan demikian dengan nada ringan dan santai. Tak ada yang tahu maksudnya, sebenarnya mengapa ia menilai Shira terlalu tinggi?
“Sepertinya Mr. Takeshi masih terkesan dengan skill pasif Shira,” kata Sect Master Yeela, berbincang dengan Nenek Sari. “Apa karena dia mengenali skill itu, tapi dalam hati gak benar-benar yakin, ya?”
Nenek Sari hanya tersenyum sambil menggeleng-geleng. “Takeshi, anak itu sekarang sudah terkenal.”
Ketika melihat Mr. Takeshi lagi, wajah Nenek Sari menjadi lembut. Ia mengenali pria ini. Ia pun mengingat kembali seorang anak kecil gundul yang menyukai masakannya dulu. Yang selalu diam-diam menyelinap ke dapur untuk mencuri roti dan gula.
Takeshi kecil adalah seorang anak yang nakal, suka membuat masalah dan berkelahi dengan anak-anak yang lebih besar dari padanya. Tapi ia memiliki hati yang baik, selalu melindungi adik-adiknya ketika dijahili oleh anak-anak orang kaya.
Dulu, Takeshi kecil memiliki mata bulat yang memancarkan cahaya polos dan sedih. Sekarang matanya penuh tenaga, bijak, dan berpengalaman. Melihat anak itu kini sudah menjadi dewasa, hati Nenek Sari menjadi hangat.
Sect Master Yeela melihat ke arah Nenek Sari dan juga ikut tersenyum. “Apa Nenek mengenali Mr. Takeshi?”
“Mm. Tapi itu dulu sekali. Mungkin dia sudah lupa padaku sekarang.”
Sect Master Yeela pun mengerti. “Mr. Takeshi gak punya ayah dan ibu. Dulu katanya dipungut oleh panti asuhan. Aku mengerti sekarang, jika anak sepertinya dipungut oleh orang itu, tentu saja ketika dewasa dia akan menjadi orang hebat.”
Nenek Sari mengangguk. Tapi tak ingin berbicara tentang orang yang dimaksud lebih lanjut.
“Guru, tadi aku memperhatikan kaki Shira saat ia menendang Frane Blackwood. Apa itu juga adalah skill buff?” tanya Ryntia tiba-tiba kepada Sect Master Yeela.
“Seharusnya skill buff. Tapi biasanya skill buff memiliki efek mencolok agar bisa dibedakan. Bahkan diperhatikan dengan jeli pun, di tubuh Shira gak ada efek apa-apa,” jawab Sect Master.
Ryntia Elzier pun mengangguk. “Sepertinya Shira orangnya cerdik bisa menyembunyikan skill-nya dan mendapatkan kesempatan menyerang fatal dengan mudah,” ia menggeserkan sikap duduknya, menoleh ke arah Bhela. “Bagaimana menurut istri kedua tentang calon suami kita?”
Dipanggil istri kedua oleh Ryntia pun, wajah Bhela menjadi dingin. Itu adalah ekspresi aslinya yang tak bisa ia sembunyikan lagi di depan wanita-wanita berstatus ini.
“Shira hanya bisa menang di babak pertama karena Tuan Muda Blackwood meremehkannya. Jangan lupa, sekarang dia akan menggunakan skill ‘Emperor Blessing’. Kesempatan Shira untuk memenangkan babak kedua dan ketiga...”
Bhela tak melanjutkan ucapannya. Dengan ekspresinya yang dingin itu, jelas ia melihat Shira dengan pesimis.
Ryntia pun terkikik kecil ketika mendengar pendapat Bhela. “Hanya dengan mengandalkan ‘Emperor Blessing’? Apa istri kedua gak mendengar ucapan Mr. Takeshi tadi?”
“Memangnya kenapa? ‘Emperor Blessing’ memiliki reputasi yang sangat hebat. Sir Blackwood dulu mendapatkan manual ‘Emperor Blessing’ karena Raja East Tiramikal Kingdom benar-benar menghargai jasanya yang sangat besar untuk kerajaan,” Bhela memang benar-benar kesal. Awalnya ia tak banyak memikirkan tentang wanita-wanita ini, tapi ketika dipanggil istri kedua terus-menerus, lama-lama ia kesal juga akhirnya.
“Sepertinya Bhela sudah gak sabaran untuk diculik oleh Blackwood,” guyon Erin Chyltabel, murid Sect Master Yeela yang lain.
Walaupun keturunannya adalah orang-orang picik, tapi Sir Blackwood adalah seorang Knight terhormat dan adalah hal yang wajar jika Bhela menghargainya. Guyon Erin benar-benar tak membuatnya tertawa, malah membuat ekspresi wajahnya lebih dingin lagi.
“Sudah, sudah kalian berdua, jangan menggodainya lagi,” kata Sect Master Yeela melihat tingkah dua muridnya. Ia kemudian melihat ke Bhela. “Sebenarnya kamu gak salah jika menghargai skill ‘Emperor Blessing’. Bahkan dulu Purple Garden Sect juga pernah memperhatikan skill ini. Efek buff-nya sangat mengerikan di medan perang. Tapi sayangnya, ini bukan perang. Hanya duel biasa. Efek dari buff ‘Emperor Blessing’ yang paling penting adalah, mengurangi efek debuff dari serangan musuh. Selain itu, karena reputasinya yang membuana, skill ini juga sudah pasti menaikkan semangat juang bertarung prajurit-prajurit East Tiramikal Kingdom. Tapi efek itu gak akan muncul di pertandingan satu lawan satu,” kata Sect Master Yeela sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Sect Master benar sekali. Moon Temple juga memperhatikan skill buff itu dulu,” Nenek Sari ikut angkat bicara. “Tapi rupanya Raja East Tiramikal Kingdom tiba-tiba menganugerahkan manualnya kepada sebuah keluarga desa tingkat dua, sepertinya dia gak mau banyak pihak yang terlalu banyak memperhatikan kerajannya.”
“Raja East Tiramikal Kingdom waktu itu sangat bijak. Dia tau skill itu gak akan bertahan lama di kerajaannya jika terus-menerus digunakan untuk berperang,” Sect Master mengangguk juga.
Percakapan mereka berdua, tentang skill itu pun, didengar oleh Komandan Tarekh dari tempat yang cukup jauh.
“Pangeran, sepertinya mereka membicarakan tentang Anda,” kata Komandan Tarekh melihat ke tempat duduk Keluarga Malikh.
“Akyu? Bukannya mereka ngobrol tentang raja kita?”
“Tapi Pangeran Edicha, bukankah Anda yang waktu itu memberikan skill ‘Emperor Blessing’ ke Sir Blackwood?”
“Hmm? Masa?”
Komandan Tarekh menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia masih mengingat Raja East Tiramikal Kingdom dulu memelas-melas untuk tak memberikan manual ‘Emperor Blessing’ kepada Sir Blackwood, tapi Pangeran Edicha tetap menganugerahkan Sir Blackwood dengan manual itu karena Pangeran Edicha menganggap Sir Blackwood “masih ganteng dan oke walaupun sudah tua”.
Shira di tengah arena duel mengentak-entakkan kakinya.
“Kakiku kesemutan. Sampai kapan orang-orang ini mau ngomong terus?” kata Shira dalam hati.
Ia melihat ke depan, Frane Blackwood sudah menatapnya tajam dengan hawa membunuh yang pekat. Dalam hati Shira hanya bisa tertawa pahit.
Shira pun berjalan ke arah wasit. “Wasit, kapan babak kedua dimulai?” tanyanya dengan berbisik.
“Diam! Apa kamu gak liat Mr. Takeshi sedang ngomong!” bentak wasit itu sambil menyuruh Shira untuk kembali berdiri lagi di tempatnya.
Shira menggerutu pelan. Saat ini semua orang sedang mendengar Mr. Takeshi sedang berdiskusi dan memujinya setelah babak pertama tadi. Tapi Shira, orang yang dipuji, ingin cepat-cepat membuat orang ini tutup mulut.
“Kalau para hadirin masih belum percaya juga, mari kita lihat skill buff Shira. Apakah lebih unggul daripada skill ‘Emperor Blessing’, semuanya akan terbongkar,” tiba-tiba suara Mr. Takeshi setelah lama menjelaskan dan berkomentar, langsung mengarahkan pandangan semua orang kepada Shira.
“Ah, huh?” Shira kebingungan. Ia tak memperhatikan apa yang didiskusikan orang-orang tadi.
“Bocah, Mr. Takeshi memintamu untuk mengeluarkan skill buff-mu. Ayo, semua orang juga ingin melihatnya,” kata si wasit.
“Tapi aku gak punya skill buff,” kata Shira melas.
“Apa kamu bilang Mr. Takeshi yang agung ternyata salah menganalisa?!” bentak si wasit lagi.
“Keluarkan skill buff-mu Shira. Kami gak puas karena gak bisa liat status kalian, sekarang jangan sembunyikan lagi biar seru.”
“Ya. Kami ingin melihatnya.”
Penonton mendesak. Shira pun menjadi bingung.
“Hei, hei. Jangan-jangan yang meremehkan musuh tadi bukannya Blackwood,” kata seorang bangsawan mencibir. “Orang angkuh yang menentang Tatalghia seperti ini, bukannya Ranger yang makan Ayam Lahar seperti yang Mr. Takeshi bilang tadi?”
Suara gadis pun terdengar dari tempat duduk Keluarga Malikh.
“Shira Yashura, kamu akan mempersembahkan harga diri Keluarga Yashura. Sebaiknya kamu memperlihatkan skill buff-mu untuk memberikan prestise pada keluargamu.”
Shira menoleh, mendapati yang berbicara adalah Bhela Malikh. Wajahnya dingin dan Shira bisa melihat alisnya mengerut kesal.
“Bos Shira, kalahkan dia seperti bos mengalahkan gorila waktu itu! Perlihatkan skill buff-mu gak kalah dari ‘Emperor Blessing’-nya Blackwood!” seorang pemuda menyahut. Shira menoleh, dan mendapati yang menyahut adalah anak buah Bony yang mengikutinya di gunung waktu itu.
“Shira, tunjukkan kegantenganmu!” Mila Yashura juga ikut menyahut untuk memberikan semangat.
Banyak orang mendesak, tapi Shira menggelengkan kepala mengaku tak memiliki skill buff apa-apa.
“Lihat, siapa yang meremehkan musuhnya?” seru seseorang dengan nada tak puas.
“Hei, biasa ajalah. Siapa tau durasi buff-nya masih ada. Kan mubazir mana kalau dipakai lagi.”
“Tapi dari tadi duelnya hambar kalau pesertanya pada gak unjuk taring.”
Banyak orang tak puas dengan sikap Shira.
“Kabut Ungu, bagaimana ini?” tanya Shira.
“Bukannya Kakek Lharu memberikan skill buff waktu itu?”
“Makanya itu dia masalahnya, skill buff itu satu-satunya yang kumiliki.”
“Lakukan saja Master. Prestise Keluarga Yashura ada di tangan Master sekarang.”
“Tapi kalau kupakai skill buff ini malah efeknya bakal kebalik?”
Kabut Ungu tak menjawab, kabur dari situ.
Shira tak bisa berbuat apa-apa. Jadi yang hanya ia bisa lakukan hanyalah menggunakan skill buff yang ia miliki di depan mata semua orang.
Ia pun memulai. Kedua tangannya ia luruskan di depan dada.
“Hei, hei. Lihat Shira sudah memulai! Gerakan buff apa itu?”
“Dia sekarang jongkok! Ah! Aku gak pernah melihat gerakan skill seperti ini.”
“Mr. Takeshi benar! Sepertinya buff ini bukanlah skill biasa. Apakah efeknya akan lebih hebat ketimbang ‘Emperor Blessing’?”
Mereka semua menunggu cahaya atau efek lain keluar dari tubuh Shira. Adalah pengetahuan umum yang mengatakan, semakin heboh efek yang dikeluarkan skill buff, maka status yang naik setelahnya akan semakin hebat.
Tapi dari tubuh Shira, tak keluar apa-apa, kecuali keringat.
“Apa yang Shira lakukan?” tanya Ryntia pada Sect Master Yeela. “Dia hanya berdiri-jongkok dan berdiri-jongkok sejak tadi. Guru, sebenarnya ini skill buff apa?”
Sect Master Yeela tak menjawab, alisnya mengerut serius menatap Shira yang melakukan gerakan aneh untuk mengeluarkan skill buff-nya.
Tapi tak ada apa-apa yang keluar kemudian. Biasanya, seorang petarung akan menyerukan nama skill-nya atau mengeluarkan gerakan khusus dan efek langsung tercipta.
Tapi yang keluar dari tubuh Shira, hanya keringat. Hanya keringat...
Lambat laun, orang-orang menyadari, ada yang tak beres dari gerakan Shira.
“Jangan bilang itu gerakan skill buff-nya?”
“Dari tadi dia cuma berdiri terus jongkok. Sebenarnya Shira itu ngapain? Mau ngelawak lagi? Tapi gak lucu!”
“Hus! Huss! Diam, diam semuanya! Dengar, Shira membisikkan sesuatu!”
Semua penonton pun menjadi diam. Memang benar, Shira membisikkan sesuatu. Suaranya sangat kecil, sampai-sampai orang-orang harus hening seperti di acara pemakaman untuk bisa mendengar bisikannya.
“Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima, enam, tujuh delapan.”
“Dua, dua. Tiga, empat. Lima, enam tujuh delapan...”
Bisikan itu ternyata hanya Shira menghitung, setiap kali ia jongkok atau berdiri.
Wajah Nenek Sari yang mendengar Shira menghitung itu, langsung terkejut bukan main.
“Ini... gak mungkin!” bisik Nenek Sari tak percaya.
“Konon katanya Pendeta Tinggi Moon Temple gak pernah mengangkat murid, padahal dia banyak membimbing anak-anak untuk menjadi Templar yang hebat,” kata Purple Garden Sect Master sambil tersenyum, ia mengerti apa yang sedang dilakukan Shira saat ini. “Tapi sepertinya itu salah besar. Rupanya Pendeta Tinggi telah menemukan seseorang untuk menurunkan jurus rahasianya.”
“Bukannya Shira sedang main-main di situ? Mengapa gak ada yang menghentikannya,” ketus Bhela tak senang melihat gerakan Shira di tengah arena.
“Dasar istri kedua, wawasanmu sempit sekali,” kata Ryntia menggeleng-gelengkan kepala. Ia mengerti maksud gurunya ketika ia menyebut Pendeta Tinggi Moon Temple. “Kamu seharusnya bangga jika suami kita bisa mempelajari skill buff itu!”
Tapi yang paling terguncang melihat gerakan Shira adalah Mr. Takeshi.
“Aku turun dari jabatanku dan pergi ke sini untuk mencari orang yang membimbingku dulu,” kata Mr. Takeshi dalam hati. “Kalau itu bukan Moon Temple, aku sudah mengikuti Mbah Lharu sejak dulu! Tapi sekarang... Mbah Lharu sudah pensiun dan ingin pulang ke keluarganya. Ternyata itu adalah, Keluarga Yashura! Ternyata keluarga yang kucari-cari dari kemarin adalah Keluarga Yashura!”
Ia mengerti sekarang. Gerakan Shira ini, bukanlah gerakan skill buff biasa. Hanya ada satu orang yang menggunakan gerakan itu sejak dulu, gerakan yang tak pernah ia ajari kepada siapa pun.
Shira selesai melakukan gerakan jongkok dan berdirinya. Sekarang ia menaruh tangannya di pinggang, dan memutar-mutar pinggulnya sambil berbisik sekecil mungkin:
“Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima, enam, tujuh delapan...”
“Dua. Dua. Tiga. Empat. Lima, enam, tujuh, delapan...”
“Woi, woi! Shira, ngapain kamu? Kalau mau main-main mending langsung lanjut duel aja!”
“Jangan besar kepala karena sudah buat semua orang ketawa tadi. Lawakanmu sekarang gak lucu!”
"Ayo mulai mulai mulai duelnya dimulai daripada gak jelas kayak gini!”
Tapi Shira tetap memutar pinggulnya, sekarang ke arah berbeda. Cacian padanya semakin banyak menggempur, ia hanya bisa diam sambil tetap menghitung.
“Tiga. Dua. Tiga. Empat, lima, enam tujuh delapan...”
“Empat. Dua. Tiga. Empat. Lima, enam tujuh delapan...”
Kepala Desa Badril hanya bisa tertawa pahit mendengar cacian orang-orang. Ia kemudian melihat ke arah Pangeran Tua Tatalghia yang tengah menaruh tangan di dagu dan mengerutkan alis serius menatap gerakan aneh Shira.
“Pantas saja dia bersikap angkuh tadi,” katanya pelan. “Bisa meneruskan skill buff ini berarti...”
“Kalau Tuan Pangeran gak menyukainya, kita hentikan saja gerakan aneh Shira dan langsung masuk ke babak kedua,” kata Kepala Desa Badril sambil tertawa dangkal.
“Jangan! Apa kamu gak liat dia sedang mengeluarkan skill buff-nya?” kata Pangeran Tua Tatalghia menampik dengan nada genting.
“Ini... skill buff? Bukannya dia cuma gerak-gerak gak jelas?”
“Gak! Kamu salah besar! Kalian orang biasa gak mengerti apa-apa,” kata Pangeran Tua Tatalghia serius. “Ada alasannya mengapa reputasi Pendeta Tinggi Moon Temple bisa membuat orang-orang dari enam benua lain bergetar ketakutan. Bahkan, kakekku, yang memiliki 10 level lebih tinggi dari padanya mengatakan bahwa ia ragu bisa mengalahkan Pendeta Tinggi Moon Temple jika sudah mengeluarkan skill buff ini.”
CRACK!
Tiba-tiba sebuah suara nyaring terdengar dari tubuh Shira. Seperti tulangnya terdengar patah dan sendirinya copot, orang-orang langsung tertawa mendengar itu.
CRACK! CRACK! CRACK! CRACK! CRACK!
“Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima, enam, tujuh delapan...”
“Dua. Dua. Tiga. Empat. Lima, enam, tujuh, delapan...”
CRACK! CRACK! CRACK! CRACK! CRACK!
“Tiga. Dua. Tiga. Empat, lima, enam tujuh delapan...”
“Empat. Dua. Tiga. Empat. Lima, enam tujuh delapan...”
CRACK! CRACK! CRACK! CRACK! CRACK!
Suara nyaring dari tubuh Shira itu terdengar beruntun dan saling mengikuti satu sama lain. Seperti awan guntur yang tengah marah di langit, membuat orang-orang terpaku diam tak berkata apa-apa lagi.
“Kalian gak tau ceritanya, makanya meremehkan skill buff ini,” kata Pangeran Tua Tatalghia sambil mendesahkan napasnya.
“Pangeran, sebenarnya skill buff macam apa ini? Apakah lebih hebat ketimbang ‘Emperor Blessing’ milik Blackwood?” tanya Kepala Desa Badril penasaran.
“’Emperor Blessing’? Dibandingkan dengan skill buff Shira, ‘Emperor Blessing’ hanya sebatas ampas tempe!”
Nada Pangeran Tua Tatalghia Kingdom sangat serius, tak ada tanda-tanda ia sedang bercanda sekarang. Kepala Desa Badril langsung terkejut.
Skill buff apa sebenarnya ini?
Yang jika dibandingkan dengan skill ‘Emperor Blessing’, hanya bisa membuatnya menjadi ampas tempe!
“Di Benua Tiramikal ini... nggak... nggak... aku yakin, di tujuh benua ini, di seluruh dunia... hanya ada satu skill buff yang paling ditakuti oleh semua pahlawan dan petarung veteran.
“Dan itu, adalah skill buff ciptaan Pendeta Tinggi Moon Temple, yang pernah menggegerkan dunia tujuh puluh tahun yang lalu...
“Satu-satunya skill buff yang bisa dibilang ‘skill buff terkuat jaman ini’.
“Dan semua orang tau skill itu bernama...
“‘Senam Bugar Technique’!!!”