Bab 90 - Bantuan Datang

“Mati kamu jahanam!”

“Coba aja kalau bisa dasar lacur!”

Hari sudah mulai menggelap. Namun teriakan dan kobaran api masih mengisi suasana dengan penuh semangat.

Mama Ross terus berusaha mengejar rantai-rantai yang melilit Merly. Ia masih tak bisa melihat orang yang mengendalikan rantai. Tapi terus mencoba memutuskan rantai walau sia-sia. Matanya yang berkilat-kilat penuh amarah pun mulai menjadi tak sabaran.

Mana yang dimiliki arwah wanita itu semakin lama semakin menipis. Tapi serangannya semakin menggila saja.

“Apa kamu mau membakar gunung ini perempuan kotor?” tanya suara itu dengan nada mengejek.

Tentu saja emosi Mama Ross tak menghiraukan ejekan musuhnya. “Aku gak peduli. Itu kamu yang paksa aku sampai kayak begini!”

“’Flame Nova!’”

Arwah wanita itu tak peduli lagi dengan serangan apa yang ia keluarkan. Semua mana yang tersisa digunakan untuk mengeluarkan skill area bernama ‘Flame Nova’, yang menciptakan ledakan api di sekitar tubuhnya.

BAAM!!!

Tenda dan bekal party yang sebelumnya tak terkena api Mama Ross kini terhantam oleh momentum ledakan ‘Flame Nova’. Barang-barang yang terbuat dari besi dan tahan api terlontar dan menyebar entah ke mana. Sedang tenda yang terbuat dari kain dan kulit binatang terlahap oleh lidah api yang menjalar bersamaan dengan pepohonan gunung terbakar.

Bukan hanya bekal dan peralatan saja yang terkena ‘Flame Nova’ Mama Ross. Shira yang tadinya dibius tak bisa melindungi dirinya karena kesadarannya kini sudah tenggelam tak sadarkan diri.

“Kamu!!!” suara Polio tadi terkejut ketika melihat Shira terkena skill sihir Mama Ross. Namun di situasi seperti ini, ia tak memiliki waktu untuk mengumpat perempuan kotor itu lagi.

Rantai-rantai yang tadinya melilit Merly pun kini lenyap begitu saja, membiarkan tubuh gadis itu terjun jatuh sebelum akhirnya ditangkap oleh Mama Ross.

Merly dan Mama Ross tak menyadari mengapa tiba-tiba rantai-rantai tersebut menghilang dari pandangan mereka. Mama Ross sibuk memeluk dan menepuk-nepuk punggung Merly yang menangis di dekapannya. Ia sama sekali tak peduli tentang hal lain sekarang.

Kabut ungu sontak saja muncul membentuk perisai untuk melindungi tubuh Shira yang tak siuman.

buuuzzttt

Perisai itu terbakar seperti kertas kering. Tapi energi yang menyokongnya terus-menerus mengalir seperti sungai yang sangat deras. Alhasil, perisai yang tampaknya hanya bisa bertahan satu-dua detik kini berhasil menahan tujuh detik lebih lama, menguras momentum ledakan ‘Flame Nova’ Mama Ross hingga akhirnya lenyap begitu saja.

Setelah perisai itu hancur, ia tak bisa melindungi tubuh Shira dari sisa-sisa ledakan api tersebut. Membuat tubuh Shira terpental seperti benda-benda yang lain.

Setidaknya, tubuhnya hanya mendapat dorongan dari momentum skill Mama Ross. Karena itu tubuhnya hanya terpental ketimbang ikut terbakar seperti benda yang ada di sekitar.

Namun sayangnya, tubuhnya malah terpental menghantam pohon yang terbakar.

Tubuhnya membentur batang pohon, membuat ranting-ranting di atasnya yang terbakar dan rapuh, jatuh tepat di atas wajahnya.

Bahkan dengan ranting yang terbakar menyelimuti tubuhnya, ia masih saja tak sadarkan diri.

Di dalam alam bawah sadar Shira...

BAAMMM!!!

Shira dan suara-suara di dalam gerbang berkabut ungunya mendengar suara keras dari luar. Tapi Shira dan yang lain tak bisa merasakan apa-apa di luar.

Itu karena tentu saja, sebelumnya, Kabut Ungu sudah memodifikasi sedikit alam bawah sadar Shira. Jadi orang-orang yang ada di dalam gerbang yang awalnya selalu mengintip keadaan Shira sebelum Kabut Ungu datang, kini tak bisa mengetahui apa-apa tentang dunia luar.

“Nak, sepertinya tubuhmu kena hantam sesuatu, jadi kerasa gempa di sini,” kata salah seorang dari dalam gerbang.

Shira hanya mengeluarkan tawa dangkal dan mengusap belakang kepalanya. Ia tak bisa merasakan apa-apa tentang dunia luar tapi ia punya firasat sesuatu sedang tak beres yang membuat tubuhnya terasa sakit sekali. Seperti gatal yang tak kunjung hilang setelah digaruk-garuk, Shira ingin mengetahui penyebab yang membuatnya kesakitan tapi saat ini mustahil ia bisa merasakan pancaindra dari dalam alam bawah sadarnya.

Tepat pada saat itu juga, sebuah suara kesal tiba-tiba menyahut.

“Perempuan—“ Kabut Ungu ingin mengumpat, tetapi ketika ia melihat kesadaran Shira yang sontak menoleh ke arahnya, Kabut Ungu menelan kembali ucapannya.

Awalnya Shira berhasil memberikan kendali elemen kabut ungu pada Kabut Ungu sebelum tak sadarkan diri. Memberikannya kesempatan untuk menggunakan ‘Conjure Image’. Setelah itu ia membuat proyeksi Polio dan bersikap seolah-olah barus aja memergoki Merly dan Mama Ross-nya ingin berbuat cabul pada Master-nya.

Tapi siapa sangka, karena Kabut Ungu terus-menerus mengejek Mama Ross, Shira malah terkena getahnya.

Kabut Ungu pun menggunakan sampai mana yang bisa dipinjamkan Shira lewat ‘Mental Link’ padanya menjadi kering. Karena itu, ia terpental kembali ke sini. Tak bisa menggunakan ‘Conjure Image’ untuk membuat proyeksi manusia atau proyeksi suara orang lain untuk berkomunikasi dengan dunia luar.

Shira senang merasakan kehadiran Kabut Ungu di sini. Tapi reaksi suara-suara dari dalam gerbang berbeda seratus delapan puluh derajat ketimbangnya.

“Nek Lampi—”

BAAM!!!

Gerbang berkabut ungu itu sontak saja tertutup rapat ketika Kabut Ungu menginginkannya.

“Maaf sudah menunggu, Master...” kata Kabut Ungu pelan.

“Kayaknya masalah di luar sudah beres?” tanya Shira sambil tersenyum masam.

“Ada sedikit masalah tapi aku kehabisan mana,” jawab Kabut Ungu dengan nada menyesal.

“Aku yakin kamu sudah berbuat semampumu.”

Walau tak tahu keadaan di luar tubuhnya, dengan suara melas seperti itu, Shira hanya bisa menghibur Kabut Ungu bila gagal.

Tapi Shira tak tahu tepat pada saat ini, wajahnya terbakar oleh ranting berapi.

Api dari skill dan api biasa berbeda. Walau api sekecil itu tak bisa dikatakan membunuh, tetapi luka melepuh tak bisa terhindarkan.

Tak ada yang menolongnya. Mama Ross masih sibuk menenangkan Merly yang menangis walau api membara-bara di sekitarnya.

“Anjirr!!!” Pilek dan Bony yang barus aja datang dan melihat ini tak bisa menahan diri untuk mengumpat pada saat yang bersamaan.

Mereka langsung melompat dan melempar jauh-jauh ranting berapi yang menyelimuti Shira. Pilek membuka bajunya dan menggunakannya memadamkan api yang masih melekat, sedang Bony membasuh kulit Shira yang melepuh dengan air.

“Keluarkan daun es itu,” kata Bony memerintahkan.

Pilek paham. Ia mengeluarkan beberapa lembar daun kecil berwarna hijau yang pinggirnya berduri-duri. Orang-orang menyebutnya daun es, karena jika dibuat menjadi ramuan bisa mendinginkan tubuh seperti direndam es dan memberi efek resistansi terhadap serangan musuh berafinitas elemen api.

Tapi jika daun es dihancurkan dan dicampur dengan air menjadi bubur, efeknya bisa meredakan rasa sakit karena luka bakar.

“Sekarang gimana, Bos?” tanya Pilek.

“Pakai tanya lagi. Ayo bawa ke Kakek Badril!”

Pilek ingin mengingatkan ketika Shira pingsan dilempar oleh Raja Gorila waktu itu, Kakek Badril sempat menolak mengobatinya.

“Tapi waktu itu...”

Namun Bony sontak membentaknya. “Waktu itu faktor muka!”

Bony sebenarnya tak salah bila ingin membawa Shira ke Kakek Badril. Kakek itu terkenal di Desa Badril karena memiliki beragam koleksi obat yang konon katanya mampu membangkitkan orang dari kematian. Walau sebenarnya obat-obat Kakek Badril lebih banyak dilebih-lebihkan oleh warga desa, tetapi khasiat obat-obat tersebut tak ada yang berani anggap remeh.

Kakek Badril pun terkenal selalu memberi bantuan bila ada petarung atau pemburu Desa Badril yang mengalami kecelakaan saat berpetualang.

“Bos Bony!”

“Ada apa lagi?”

“Lihat...”

Pilek tak ingin menunjuk. Sambil mengangkat alis dan menggerakkan bola matanya, ia menuntun Bony untuk melihat tenda berdiri di balik celana Shira.

“Ini... pasti ada udang di balik batu,” kata Pilek menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Jangan banyak bacod lagi, ayo cepat bawa dia ke Kakek Badril!”

Sebagai bawahan, Pilek hendak menggendong Shira di punggungnya. Tapi ketika melihat tenda Shira... ia langsung merasa canggung.

Ia berpikir akan lebih nyaman untuk semua orang bila ia mengganti posisi ketika menggendong Shira. Tak mungkinlah ia menggendong Shira dengan gaya menggendong tuan putri. Jadi akhirnya Pilek hanya bisa meminta bantuan Bony untuk membawa Shira bersama-sama.

Tak lama kemudian, Pilek bertugas yang memegang kaki, serta Bony yang bertugas memegang tangannya, mengangkat Shira seperti dua orang yang mengangkat karung di pasar.

Merly melihat Shira yang terluka akibat pertarungan Mama Ross tadi. Jadi ia memintanya untuk membantu Shira.

“Mama akan berbuat sebisa Mama,” kata Mama Ross pasrah.

Bony, yang melihat Mama Ross datang, hanya mendengus tak senang karena tahu penyebab mengapa gunung ini bisa terbakar. Tapi mata Mama Ross sama sekali tak melihat komplain anak ingusan seperti Bony di matanya.

Arwah tiga belas ribu tahun itu terlalu malas untuk meladeni Bony.

“Daripada mengurusi kami, mending kalian cari cara untuk memadamkan api,” celetuk Bony melihat pasangan Mama Ross datang.

“Hmph!” Mama Ross tak menyukai tatapan di mata Bony ketika ia melototinya dari dekat seperti ini. Karena itu ia akan memberikannya sedikit pelajaran untuk menghormati orang yang lebih tua.

Tapi belum ia berbuat apa-apa, tiba-tiba raungan singa buas menggelegar seperti guntur di langit mendung.

“AAUUUMMMM!!!”

Pilek, Bony, Mama Ross, Merly... mereka tiba-tiba terkejut mendengar suara raungan tersebut.

Raja Hutan... lebih tepatnya anak Raja Hutan, Rere, melompat tepat di antara letak Shira dan Mama Ross.

Dagu Rere diangkat tinggi-tinggi. Matanya berkilat penuh keagungan. Rasa bangga dan angkuh seorang Raja Hutan mengalir di nadinya, memberikan sebuah tekanan tak kasat mata kepada Mama Ross.

Tempat pada saat itu juga, Mama Ross dan Merly enggan untuk melangkah maju lagi. Bila Bony tak puas, Mama Ross mengira ia masih bisa memberikannya pelajaran.

Tetapi entah mengapa, tiba-tiba saja monster elite jenis singa ini menghadang jalannya dan mengancam untuk tak mengambil satu langkah lagi.

Mama Ross tak habis pikir. Mengapa tiba-tiba monster elite yang angkuh seperti ini serasa berada di pihak Bony dan kawan-kawan?

Tepat pada saat itu juga seekor singa dewasa datang dengan segerombolan monster elite lain mengikuti dari belakang.

“Hmph! Kemarin pas Raja Gorila bersikap kurang ajar kepada Tuan Muda Shira, Master menyuruhku untuk gak berbuat apa-apa. Tapi sekarang pas aku tau calon Master yang baru dalam bahaya, humph, humph, mana mungkin aku memberi kesempatan Purple Garden Sect untuk menjilat terlebih dahulu!”

Singa ini bukan lain adalah Raja Hutan. Bila seorang agen Purple Garden Sect tak memberitahukannya tentang keberadaan Shira sebelumnya, barangkali ia masih bermalas-malasan dan membuang tanggung jawab ke Purple Garden Sect sekarang.