Bab 92 - Lust Demon, Wrath Demon, dan Sloth Demon

Shira sebenarnya gugup. Juga canggung.

Berada di depan sosok dari dirinya yang lain, yang datang dari dunia paralel, nama yang begitu agung melebihi prestise seratus kaisar yang menguasai tujuh benua.

Tapi ia menemukan, Raja Gunung masihlah Kakek Badril. Seorang kakek yang menghabiskan waktunya untuk melukis, sesekali mengobati mereka yang butuh bantuan. Ia adalah kakek yang sangat ramah memperlakukan tamunya. Saat identitasnya terbongkar, ia pun tak segan-segan untuk mengeluarkan jamuan terbaik yang ia miliki, tak lagi bersikap seperti seorang kakek yang miskin.

Saat Shira mencicipi teh manis yang baru saja disuguhkan oleh Raja Gunung, ia langsung kehilangan akalnya. Aroma dan rasanya begitu menakjubkan, ia merasa menikmati teh terbaik di dunia saat ini.

“Teh itu berasal dari kebun teh pribadiku. Bahkan jajaran High Lord dari langit pun hanya bisa bermimpi mencicipinya. Apa kamu suka?”

“Ini adalah teh tiada tanding!” Shira menjawab mantap dengan senyum tipis di wajahnya.

Lalu tiba-tiba, dari sudut ruangan yang ditumpuki buku-buku usang, muncul beberapa makhluk dengan bentuk aneh berwarna ungu. Shira mengangkat alisnya. Ia langsung tahu mereka adalah makhluk yang dibuat Raja Gunung dengan ‘Conjure Minion’ yang juga digunakan Shira untuk membuat Momon.

Beberapa dari mereka membawa camilan manis untuk dinikmati. Shira berpikir sesaat sebelum akhirnya memulai pertanyaannya.

“Seperti apa dunia Kakek berasal?” tanyanya.

“Dua dunia kita sama persis hanya berbeda takdir yang bekerja di latar belakang. Hanya hal-hal sepele dan detail aja yang berbeda.”

“Maksudku... apa tempatnya bagus... atau bagaimana gitu.”

“Hmm? Aku sudah lama meninggalkan duniaku dan menyeberang laut. Semenjak aku berperang dengan Kaisar Langit aku gak pernah melihat ke belakang,” Kakek Badril mengelus-elus dagunya mencoba untuk mengingat. “Tapi kalau dipikir-pikir lagi, duniaku kayaknya lebih harmonis ketimbang dunia ini.”

Shira mengangguk-anggukkan kepalanya, meminum lagi tehnya.

“Sepertinya ada sesuatu yang tersirat di pertanyaan tadi, hmm?” Kakek Badril mengangkat sebelah alisnya.

Shira hanya tersenyum sambil mengusap hidungnya.

“Apa kamu mau bertanya bagaimana kabar gadis itu di duniaku?”

Pemuda tersebut merundukkan wajahnya malu. Belakangan ia memikirkan Lyla dalam hati dan tak ingin mempercayai bila harapannya sudah kandas. Tapi ia tak berani berbuat apa-apa. Bahkan bila melihat Lyla sekarang, yang ada di pikiran Shira hanyalah bagaimana caranya kabur dan bersembunyi.

Apa tak mengapa bertanya kepada sosok seperti Raja Gunung hanya untuk memuaskan rasa penasarannya?

Sebagai anak muda yang mempunyai keresahannya sendiri Shira tentu saja memiliki rasa penasaran seperti itu.

“Mm. Gadis itu tumbuh dan memiliki cerita bahagia di duniaku. Ada kisah cinta di antara kami tapi itu hanya sesaat. Yang lain juga kurang lebih begitu.”

Ada kilat kekecewaan terbesit di mata Shira saat mendengar itu.

“Jangan putus asa. Itu hanya pengalamanku. Sebenarnya juga ada yang berhasil mendapatkan hatinya dan menikah sampai memiliki anak cucu yang sehat-sehat. Beberapa bahkan memiliki romansa yang menjadi legenda dongeng untuk generasi-generasi berikutnya. Hanya saja pengalamanku yang sedikit berbatu. Lagian, aku adalah Lust Demon. Mustahil untuk bisa hidup bahagia untuk orang sepertiku.”

“Lust Demon?”

Shira tak mengingat Kabut Ungu pernah menceritakan padanya tentang Lust Demon.

“Ya. Kabut Ungu yang mendampingimu masih belum cukup pengalaman untuk mengetahui hal ini. Seperti julukanku, Raja Gunung, Lust Demon juga semacam takhta untuk memberikan identitas kepada Spirit Conductor.”

Jadi begitu. Shira mengangguk mengerti. Rupanya, Spirit Conductor-Spirit Conductor ini, ketika berkumpul satu sama lain, membutuhkan julukan dan takhta untuk membedakan diri. Ia berpikir tak lucu bila para Spirit Conductor menjuluki diri mereka sebagai Shira Yashura Satu, Shira Yashura Dua... Shira Yashura Dua Ribu Tujuh Ratus Empat Belas...

Mereka membentuk komunitas kecil, terdiri dari orang yang sama dari ribuan bahkan jutaan dunia paralel. Lambat laun strata dibuat khusus untuk menunjukkan status dan kekuatan mereka di rimba antar dimensi ini. Raja Gunung juga bercerita, untuk para Spirit Conductor yang memiliki kekuatan di puncak, tak sedikit yang selalu bertarung satu sama lain untuk memperebutkan hak mengendalikan pecahan-pecahan dari hukum alam. Seperti Kaisar Langit dan Raja Gunung yang menjadi musuh bebuyutan entah sejak kapan, alasan mereka bertarung pun tak jauh-jauh dari situ.

“Jadi selain aku ada takhta lain seperti Greed Demon, Envy Demon, dan julukan iblis lain yang diambil dari tujuh dosa mematikan. Gak semua orang bisa memperebutkan takhta-takhta ini. Kepribadian yang terbentuk semenjak jutaan milenium dari generasi ke generasi membuat para Spirit Conductor menjadi individu unik walau kita pada dasarnya adalah orang yang sama. Karena itu, hanya yang memiliki benang takdir saja yang bisa menantang para Demon untuk bisa merebut takhtanya.

“Contohnya aku adalah Lust Demon. Sebelumnya takhta Lust Demon dimiliki oleh Shira yang umurnya dua kali lipat dibandingkan denganku waktu itu. Tiga ratus tahun bertarung, kami membuat iklim sebuah planet berubah selama ribuan tahun ke depan, hingga akhirnya aku berhasil memenggal kepalanya dan menjadi Lust Demon berikutnya.

“Lust Demon, seperti namanya, membuatku memiliki kelemahan yang sangat fatal. Di saat yang sama aku juga mendapatkan kesempatan yang sangat berharga darinya. Mungkin karena sejak awal aku ditakdirkan untuk menjadi Lust Demon, aku sama sekali gak mempunyai kesempatan hidup bersama gadis itu.”

Sambil menyimak, Shira mengerutkan alisnya tenggelam dalam pikirannya. Ia tak mengira dirinya dari dunia lain bisa saling membunuh hanya karena takhta seperti itu.

Bukan karena ia adalah orang baik yang tak ingin melihat tumpah darah, tapi Shira benar-benar tak nyaman ketika mendengarnya. Ia tahu dendam antara Raja Gunung dan Kaisar Langit, dan juga cerita tentang para Spirit Conductor yang saling konflik dari Kabut Ungu. Tapi ia tak tahu kalau konflik mereka sudah menjadi separah ini.

“Apa setelah menjadi Lust Demon Kakek menjadi lebih kuat lagi?” tanya Shira memiringkan kepalanya.

“Hahaha,” Kakek Badril tertawa seperti baru mendengar guyon. Lalu tiba-tiba saja wajahnya serius dan menggeleng-geleng. “Gak dapet apa-apa,” katanya sambil mendesahkan napas panjang.

Jadi, tiga ratus bertarung sampai membuat iklim sebuah planet berubah ribuan tahun... hanya untuk memperebutkan gelar? Shira menggeleng-geleng dalam hati berpikir ia lebih baik menggunakan waktunya untuk tidur ketimbang mencari musuh.

“Tapi jangan meremehkan gelar Demon. Banyak hal yang gak bisa didapatkan orang biasa yang bisa kami capai. Sebenarnya juga, aku berencana untuk membesarkanmu untuk menjadi Demon.”

“Aku? Apa nanti aku harus menjadi Lust Demon?”

“Kurang lebih begitu. Tapi melihat perkembanganmu dari hari ke hari, aku menjadi ragu apakah kamu bisa menjadi Lust Demon menggantikanku nanti.”

“Apa itu artinya kita harus bertarung selama tiga ratus tahun?” Shira bertanya dengan nada setengah bercanda, terdengar ironis jika melihat ekspresinya yang keberatan.

“Enggak lah. Aku sudah menyiapkan banyak hal untukmu. Apa kamu pikir patung singa yang Kabut Ungu serap waktu itu tiba-tiba saja muncul di situ? Atau Purple Garden Sect tanpa alasan memberontak waktu kamu dicurangi saat duel dengan bocah Blackwood itu? Kalau aku menganggapmu musuh, bodoh namanya kalau memberikan musuh bantuan seperti ini,” Kakek Badril menggeleng-gelengkan kepalanya. “Lagian, kamu masih anak kecil. Belum menjadi Spirit Conductor. Bahkan seribu tahun lagi belum tentu kamu bisa mengalahkanku.”

Tak ada tanda keangkuhan di ucapannya, hanya desahan panjang seperti ia menyayangkan sesuatu. Shira hanya bisa menerima ucapan Raja Gunung ini.

Dan seperti yang diduga, pemberian Raja Gunung tidaklah gratis. Karena Shira sudah menyerap patung singa itu dan membuat Momon, setidaknya ia harus mendengar Kakek Badril lebih jauh lagi, bukan?

“Oh, ya. Ngomong-ngomong soal lukamu, apa mau kuobati sekarang?”

Shira mengangguk.

Pelayan berwarna ungu datang membawakan sebotol ramuan.

“Hanya perlu minum ramuan itu dan kulitmu akan beregenerasi dalam hitungan menit,” kata Kakek Badril. Ia kemudian melihat ke luar jendela. “Ini akan membuat orang itu marah. Setiap kali aku menyiapkan bantuan untukmu dia selalu datang mengancam untuk memulai perang. Sebelumnya banyak ketegangan dan adu mulut di antara kami, tapi kemudian dia balik lagi ke langit.”

Orang yang dimaksud tentu saja adalah Kaisar Langit. Karena Raja Gunung bukanlah Shira Yashura di dunia ini, berurusan langsung maupun tak langsung dengan Shira yang sekarang akan mengubah jalannya takdir. Mau tak mau hal itu juga berpengaruh pada hukum waktu yang dikuasai oleh Kaisar Langit.

Dan sebenarnya, walau tak ada orang yang tahu, alasan Kaisar Langit mencoba untuk menyerang Penguasa Laut karena ia memberikan kesempatan pada Shira untuk mendapatkan afinitas elemen kabut ungu sebelum menjadi Spirit Conductor.

Hal tersebut sangat fatal bagi stabilitas hukum ruang dan waktu serta karma yang mengikat takdir. Mengingat Shira, sebagai calon Spirit Conductor, akan mempengaruhi bongkahan takdir antar dimensi dan tanggung jawabnya yang tak bisa dipandang sebelah mata. Fakta kalau Raja Gunung dan Penguasa Laut diam-diam membantu orang yang sama benar-benar membuat Kaisar Langit mengamuk saat itu. Tapi pada akhirnya, ia hanya bisa mundur sambil menggerakkan gigi setelah kalah di pertempuran singkat melawan Penguasa Laut.

Raja Gunung bahkan mendengar kabar tentang hal itu baru-baru ini.

“Sebagai Wrath Demon, Kaisar Langit sangat angkuh dan sumbu temperamennya pendek sekali. Karena beberapa hal yang membuatnya kehilangan akal, bakal ada perang besar sebentar lagi,” Kakek Badril mengeluh saat Shira perlahan-lahan mulai terobati setelah meminum ramuannya.

“Raja Gunung, terima kasih sudah mengobatiku,” katanya. Kemudian ia batuk-batuk kecil, tersenyum masam dan berkata lagi. “Bisakah Kakek mengobati tanganku juga?”

Kakek Badril hanya bisa tersenyum. “Aku gak sedang berada di duniaku. Ada beberapa hal yang seharusnya gak kusentuh supaya takdir gak terlalu bergeser dari sumbunya dan membuat kekacauan. Aku menyiapkan bantuan di belakang layar untukmu sebenarnya sudah sangat menentang takdir. Tapi itu hanya karena aku tau suatu saat nanti kamu akan membutuhkannya. Aku dan Immortal Blood Knight membayar cukup besar hanya karena itu.”

Mendengar itu Shira tak membuka mulutnya lagi. Ia masih mempunyai rasa malu dan tak ingin meminta hal-hal aneh lagi setelah mendengar Raja Gunung berkorban untuknya.

“Tapi tanganmu...” Kakek Badril mengelus dagunya, tampak menimbang sesuatu. “Kamu sudah bertemu dengan Penguasa Laut, bukan? Apa kamu gak ingat sesuatu yang unik darinya?”

Shira menaruh tangan di pelipisnya. Dua detik kemudian ia mengingat kalau Penguasa Laut, nelayan di laut itu juga kehilangan tangan kanan persis seperti dirinya.

“Sebenarnya, walau aku punya rencana yang kususun sangat lama buatmu, tapi yang terbaik adalah melihat dari jauh dan membiarkan takdir membuatmu berkembang dan menjadi Shira Yashuramu sendiri. Karena itu, setelah menyadari Pangeran dari Tatalghia Kingdom membuat siasat untuk memotong tanganmu, aku gak berbuat apa-apa dan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Kehilangan tangan kananmu adalah pertanda. Barangkali jalanmu sama seperti Penguasa Laut. Dan mungkin juga itu adalah faktor terpenting mengapa kesadaranmu menyelip ke laut saat Arwah Baik Hati membangkitkan benih Pemberontakmu.

“Mm. Kayaknya memang benar. Pertanda. Belakangan ini bahkan aku berpikir untuk membuat rencana agar kamu bisa merebut takhta Sloth Demon.”

Sloth Demon?

“Aku adalah Lust Demon. Sedang Kaisar Langit mendapatkan takhta Wrath Demon sebelumku. Tapi semenjak aku menganjakkan kaki ke perang antar dimensi dan menjadi Spirit Conductor sejati, Penguasa Laut sudah lama sekali memegang takhta Sloth Demon.”

Lalu Kakek Badril mengeluarkan napas panjang lagi.

“Hanya saja, waktuku sebentar lagi. Kesempatan yang bisa kubuat sangat terbatas sekali. Di sisi lain aku gak tau seberapa dalam dan misteriusnya laut yang dikuasai oleh Sloth Demon.”

Kakek Badril banyak memberitahu kalau setiap perkembangan Shira semenjak ia lahir, adalah rencana yang sangat rinci dan mendetail yang dibuat olehnya dan Immortal Blood Knight.

Bahkan Immortal Blood Knight secara sukarela mendiami tubuh Shira untuk menarik perhatian arwah-arwah kuat. Setelah itu, Shira baru menyadari, lima orang yang terjebak di dalam alam bawah sadarnya, dan juga Arwah Baik Hati yang datang padanya satu tahun lalu, adalah hasil siasat Raja Gunung.

“Kamu nanti akan menentukan bagaimana memperlakukan hadiah-hadiah yang kuberikan,” kata kakek itu. “Tapi aku menyarankan untuk anak muda sepertimu tegas sebelum memperlihatkan kelemahanmu. Kalau kamu selalu bermalas-malasan, mereka mengira kamu adalah anak kucing walaupun sebenarnya singa sedang tertidur di situ.”

“Apa Kakek berbicara tentang Arwah Baik Hati?” Shira terlalu santai sampai-sampai membiarkan Gyl yang tertekan untuk bisa mengeksploitasinya. Barangkali ini saatnya bagi Shira untuk menunjukkan taring kepada arwah itu untuk tak macam-macam terlalu jauh padanya.

Kakek itu mengangguk menjawab pertanyaan Shira. Kemudian matanya menyapu barang-barang di gubuk itu.

“Sebenarnya masih banyak lagi yang ingin kuberikan padamu,” kata Kakek Badril, menghembuskan napas. “Tapi terlalu berisiko.”

“Kakek sudah berbuat banyak untukku. Sudah saatnya aku berjalan sendiri mulai saat ini,” kata Shira.

“Mmn. Lain kali jangan panggil aku kakek. Kita sama-sama Shira Yashura.”

“Oke.”

Kakek Badril mengambil jeda sebelum akhirnya berkata.

“Aku ingin bicara dengan Kabut Ungu. Ada hadiah terakhir yang ingin kuberikan padamu.”

Dengan ‘Mental Link’, Shira mampu menyambungkan Kabut Ungu dengan Raja Gunung. Walau pada kenyataannya yang membuat hal itu berjalan mulus adalah kemampuan sang Raja Gunung.

Mereka berbicara dengan bahasa yang tak bisa dipahami Shira. Raja Gunung berkata seolah-olah lidahnya sudah hafal betul setiap lekuk dialek bahasa asing tersebut, seperti bahasa ibunya sendiri. Sedang Kabut Ungu terdengar gagap, seperti baru mempelajarinya.

Beberapa saat kemudian, keadaan tiba-tiba menjadi aneh.

Barang-barang di ruangan itu menguap, menjadi gas berwarna ungu. Tak lama kemudian, gubuk itu dipenuhi oleh kabut ungu yang sangat pekat.

Tubuh Kakek Badril juga menjadi bayangan tipis, tampak tembus pandang sambil mengeluarkan asap berwarna ungu dari tubuhnya.

“Aku ingin sekali melihat seperti apa muka Kaisar Langit kalau dia tau aku melakukan ini, haha!” sahut Raja Gunung sambil tertawa ceria.

Shira terbelalak. Kabut-kabut ungu itu berkumpul, semua barang sudah menghilang. Tahu-tahu saja, kursi tempat Shira duduk serta gubuk tempat ia berlindung menghilang ikut menguap menjadi kabut ungu.

Kakek Badril sudah tak ada lagi di hadapannya.

wuuuuzzz!

Badan Shira seperti lubang hitam, sontak saja menyerap kabut ungu itu seperti binatang yang kelaparan. Selanjutnya kepala Shira terasa berat sekali. Tak ia sadari, atribut wisdom yang ia miliki berkembang pesat di saat sedikit pecahan memori Raja Gunung ikut masuk ke dalam benaknya.

Level 8... 9, 10, 11... 12... 13...

Anak muda itu akhirnya pingsan. Ia masih tak tahu kalau hadiah dari Raja Gunung kali ini sudah membuatnya menjadi seorang petarung berlevel 22. Melompat empat belas level sekaligus. Bahkan lima level sebelumnya Shira tak melakukan apa-apa.

Tapi bila Shira tahu ekspektasi sebenarnya Raja Gunung tentang bagaimana Shira harus membayar sembilan belas level itu, ia pasti langsung muntah darah. Berpikir seribu kali sebelum menerimanya.

Karena walaupun sekarang Shira hanyalah anak bawang, saat ini di suatu tempat di langit, seorang pria berambut panjang tengah mengerutkan alisnya menerawang ke bumi lewat bola kristalnya.