Bab 99 - Merajai Desa
Beberapa hari kemudian, hari-hari dilalui tanpa ada hal luar biasa.
Selama itu Shira menjadi lebih akrab dengan Bony dan dua anak buahnya. Geng lama Bony sudah bubar. Dan sekarang mereka membuat lagi dengan Shira sebagai ketuanya.
Shira sebenarnya tak mau dianggap jadi berandalan. Tapi selama ini, yang mengajaknya main keluar hanya tiga orang itu saja.
Tentu saja, selama mereka bersama Shira, tiga sekawan itu bersikap jinak seperti anak muda biasa. Tapi di belakang darah memberontak mereka tetap saja ada. Berada di dekat mereka Shira secara tak langsung melihat bagaimana tiga orang itu memalak anak-anak yang lain. Baik itu sengaja, atau tak sengaja. Dengan cara halus atau pun kasar.
Shira tersenyum masam karena mengingat hal yang sama terjadi padanya. Walaupun ingatan waktu itu sedikit buram karena di antaranya ia terjebak di laut lama sekali, tapi Shira masih samar-samar mengingat bagaimana Bony mencoba untuk memalak item-item-nya sebelum ia latihan naik gunung.
Bahkan mereka sempat mengikutinya waktu itu.
Shira awalnya tak begitu peduli sikap berandal mereka. Tapi ia sempat melihat hal yang membuatnya tak nyaman. Karena Shira sudah mulai bergaul bersama mereka, mau tak mau ia harus membuka mulutnya untuk menegur.
“Kalian kelewatan batas,” kata Shira tiba-tiba saat tiga anak muda itu menjemputnya di gerbang Keluarga Yashura untuk bermain keluar.
“Kelewatan batas apanya Bos?” Pilek yang bertanya demikian.
“Aku dengar kalian cari masalah dengan anaknya Pak Rudy?”
Pak Rudy memiliki warung di desa. Ia adalah pria yang baik dan membuat sebuah penampungan yang berfungsi sebagai panti asuhan. Sudah rahasia umum bila separuh hasil kerja keras Pak Rudy digunakan untuk membiayai hidup anak-anak yatim di Desa Badril yang kehilangan orang tua mereka selama enam belas tahun belakang. Shira bahkan pernah menyaksikan seorang anak didiknya, yang waktu itu baru diterima kerja di sebuah toko persenjataan di desa sebelah, bersujud dan menangis karena merasa sangat bersyukur Pak Rudy sudah mau menampungnya semasa hidup sangat keras baginya usai kedua orang tuanya meninggal.
Adegan itu sangat memilukan. Shira yang melihatnya diam-diam meneteskan air mata waktu itu. Semenjak itu Pak Rudy mendapat reputasi yang sangat baik di desa. Tapi ia sama sekali tak pernah besar kepala karenanya. Bahkan semakin hari ia semakin giat bekerja, berharap ada anak didiknya yang lain yang berhasil sukses dalam hidup seperti anak muda yang bersujud padanya waktu itu.
Dan belakangan, sebelum bencana di balai desa tentang Tatalghia Kingdom, warung Pak Rudy berkembang pesat. Tapi malah kabarnya banyak orang yang merasa iri dan tamak melihat kesuksesannya.
Tentu saja, tiga orang yang sudah menjadikan berandal sebagai pekerjaan sampingan itu, mengelak seperti belut yang licin.
“Kami cuman pinjem uang dikit aja. Besok dibalikin,” kata Pilek sambil cengar-cengir sendiri.
Tentu saja Shira tak percaya. Ia pun tak lagi pribadi yang malu-malu dan cuek seperti sebelumnya. “Aku malu bergaul dengan kalian,” katanya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Kalau kamu gak suka, kita bakal berhenti macem-macem dengan anaknya Pak Rudy,” kata Bony. “Tapi tolong jangan bilang apa-apa pada kakakku.”
Shira tak menjawab pada permintaan Bony. Dalam hati ia hanya bisa tertawa masam. Bony dan teman-temannya bergaul dengan Shira karena disuruh Ryntia Elzier, kakaknya Bony. Karena itu pada awalnya atmosfer mereka sedikit agak canggung. Tapi sekarang Shira sudah mulai mengenal kepribadian mereka masing-masing. Jadi mereka bisa akrab kalau saja masalah palak-palakan ini bisa diatasi.
“Tapi, bos! Kalau kita gak pamer otot di sana-sini, geng kita gak bakal pernah naik daun!” keluh Pilek. “Sekarang banyak geng dan preman yang kabur dari desa. Lebih lagi reputasi Bos Shira dan Bos Bony ngerinya bukan main! Ini kesempatan untuk geng kita merajai desa ini!”
Mata Pilek berkilat penuh ambisi ketika berseru demikian.
Polio di sebelahnya mendengus mendengar temannya berkata demikian. “Manusia macam kamu merajai desa ini?”
Tok! Kepalanya langsung diketuk keras oleh Pilek yang malu bukan main. “Kamu juga anggota geng. Jangan bully sohib sendiri!”
“Sohib hidungmu!”
Kelompok itu selalu ribut oleh Pilek dan Polio. Anggota geng yang lain sebenarnya sedikit lebih tenang. Bony yang tak banyak bicara semenjak ia diserang di pasar tak pernah memusingkan dua anak buahnya yang suka cari ribut. Sedang Shira sendiri selalu acuh tak acuh.
“Kita belum buru Raja Gorila,” kata Bony pada Shira. “Kapan kamu mau balas dendam?”
Shira menaruh tangan di dagunya. Ia ingin memberi Raja Gorila pelajaran dengan tangannya sendiri. Karena saat ini ia yakin ia mampu mengalahkan monster elite itu dengan satu tangan.
Tapi di sisi lain, ia merasa trauma. Dua kali naik gunung dua kali juga ia selalu sial.
Karena itu Shira hanya bisa tersenyum masam dan mengganti topik.
“Apa Purple Garden Sect punya koleksi buku tentang hewan atau monster gitu? Aku lagi cari khususnya untuk anatomi dan yang deket-deket lah.”
Shira lagi mencari materi untuknya sebagai referensi untuk membuat minion kabut ungu selanjutnya. Tak lucu bila pada akhirnya semua anak buah yang ia buat berbentuk bulat seperti Momon dan Mamam.
Untuk rencana pasukan makhluk kabut ungunya, Shira ingin prajurit tangguh dan mengerikan. Bukannya boneka-boneka bola yang unyu dan imut-imut.
“Nanti kutanyakan kakakku. Tapi kulihat-lihat mereka bawa banyak buku tentang manual skill dan lain sebagainya. Bahkan mereka punya cincin, magic item khusus buat nampung perpustakaan portable.”
“Mm. Kutunggu kabarnya.”
“Terus sekarang enaknya kita ngapain yak?” tanya Pilek.
Shira mengangkat bahunya. Bony memberikan saran.
“Ayo kita malak-malak,” ia kemudian melihat ke arah Shira. “Kalau malak orang baik kamu keberatan kan, Shira? Bagaimana kalau kita malak preman-preman yang suka buat ulah?”
Shira mengangkat bahunya lagi. Terserahlah. Mencari masalah dengan kaum sendiri sebenarnya Shira tak begitu peduli.
Setelah itu, Shira dan kawan-kawan berkeliling mencari geng-geng preman dan tukang copet yang masih berkeliaran di Desa Badril.
Pilek dan Polio bertugas di depan membuka mulut dan berlagak seperti anjing yang lepas dari kandangnya. Sedang Bony dan Shira hanya berdiri di belakang, tak berbuat apa-apa. Tapi keberadaan mereka yang sebenarnya membuat gemetar semua orang.
Karena itu, banyak berandal dan preman yang pucat melihat geng empat anak muda itu.
Pasalnya nama Yashura dan Elzier adalah hal yang tabu baru-baru ini. Mereka berani mencari masalah dengan Tatalghia Kingdom, raja di antara raja dari benua ini.
Kemudian mereka datang untuk membully penjahat kelas teri. Bukannya ini seperti gajah yang iseng menginjak-injak semut tak bersalah?
“Tolonglah mas beroh... aku gak ada uang mas beroh... anak bini belum makan dari kemarin mas beroh...” seorang yang dulunya “raja” preman pasar, kini merunduk-runduk dengan wajah melas di depan Pilek dan Polio.
Pilek yang lagi senang-senangnya menikmati perasaan superioritas pada orang yang dulu selalu membully-nya ini, dengan pongahnya mengangkat dagu dan menepuk-nepuk pipi mantan raja preman pasar itu sambil berkata. “Cuma pinjem aja, mas beroh... besok hari rabu balikin mas beroh... sekarang aku lagi butuh duit mas beroh.”
Mantan raja preman itu mengumpat dalam hati. Sebelumnya ia selalu memalak anak-anak ini dengan kata dan nada yang sama persis. Tapi sekarang keadaan berbalik menggigit pantatnya!
Walaupun begitu si mantan raja preman itu masih cukup pintar untuk merundukkan kepala sekarang. Ia tahu kalau ia berani mengangkat bogemnya di depan Tuan Muda Yashura dan Tuan Muda Elzier ini... hidupnya di Desa Badril akan segera berakhir!
Dan seperti itulah, kantong geng Shira lambat laun menjadi berat oleh koin-koin “sumbangan” dan “pinjaman” dari para preman Desa Badril.
Bila itu sebelumnya, geng yang dengan arogannya bersikap seperti itu bakal di keroyok habis-habisan oleh geng-geng yang lain.
Tapi geng Shira kebal. Purple Garden Sect ada di belakang. Mereka adalah empat iblis muda berjalan. Yang selalu membawa bencana ke mana pun mereka pergi!
Siapa yang berani macam-macam dengan kita orang?!
Siapa!!!
Selama tiga hari mereka bersikap demikian. Bahkan para preman mulai terbiasa dengan sikap arogan mereka. Sampai-sampai para berandal dan preman sudah menyiapkan upeti yang dibungkus dan diikat bagus-bagus untuk kemudian dipungut Pilek dan Polio. Tak ada yang mengeluh. Bahkan kentut pun mereka tak berani.
Hari itu, selanjutnya, mereka mendengar kabar yang sedikit mengejutkan. Ada sebuah harta karun misterius di Desa Badril. Fakta bahwa banyak orang-orang elite datang ke sini sebelumnya, lalu pulang tanpa membawa apa-apa, membuat rumor yang mengejutkan seperti itu. Walau hal tersebut menjadi sedikit ambigu usai ingatan semua orang sudah dihapus oleh Gong Tiramikal-nya Gyl.
“Ngomong-ngomong, Mas Arwah Baik Hati gak pernah kelihatan lagi belakangan ini,” Shira mulai terbiasa dengan arwah itu yang tak pernah memunculkan batang hidungnya. Padahal ia ingin menarik garis dengan arwah itu untuk tak terlalu macam-macam lagi dengannya.
Ia kemudian menyampingkan masalah Gyl. Fokus dengan masalah yang ada di depannya.
Pilek berkata geng kuat dari desa lain pada berdatangan karena rumor harta karun itu. Ia menjadi khawatir tak bisa lagi merajai para preman pasar.
Shira semenjak awal tak begitu peduli dengan hal ini. Tapi tadi pagi ia mendengar kabar seorang anak Keluarga Yashura dihajar oleh orang-orang asing.
Cari mati!
“Mereka benar-benar kepengen dibuang ke laut. Ngebully Keluarga Yashura di Desa Badril!” Pilek meraung marah dan pura-pura peduli di depan Shira. Bahkan Bony dan Polio yang kepribadiannya tak selebay Pilek mengangguk menyetujui.
Shira menyunggingkan senyum dingin. Baru saat ini, ia mulai mengerti perannya sebagai kepala geng.
“Mereka pengen cari mati di wilayahku,” lama bergaul dengan berandalan, ucapan Shira sekarang sudah persis seperti berandal sejati.
Sorenya, desa dihebohkan dengan belasan orang luar yang tergeletak di tanah dengan tulang yang sudah patah semua.
Orang-orang yang melihat kondisi mereka tak ada yang mau menolong. Mereka hanya menggeleng-geleng kepala melihat kebodohan orang luar.
“Mereka yang tadi pagi menghajar anak dari Keluarga Yashura? Masih hidup saja sekarang mereka sudah diampuni sebetulnya,” kata salah seorang warga yang melihat kejadian tadi.
“Si Bony langsung turun tangan sendiri. Kalau aja mereka nurut buat nerima hukuman darinya, kondisi mereka gak bakal sengenes ini!”
“Arogan di Desa Badril, orang luar mana ngerti apa-apa tentang sebagaimana ngerinya Keluarga Yashura dan Elzier sekarang...”
“Jangankan mereka, Tatalghia Kingdom pun dibuat kocar-kacir sama Keluarga Yashura. Ikan teri seperti mereka berani arogan di depan hiu betulan!”
Berandal yang dihajar oleh Bony itu langsung muntah darah mendengar anak yang mereka bully tadi pagi ternyata adalah anggota keluarga yang terkenal sudah menghancurkan rombongan Tatalghia Kingdom.
Cerita itu sudah menyebar di seluruh benua sekarang. Semua orang bertanya orang gila macam apa yang berani memprovokasi raksasa seperti Tatalghia Kingdom.
Para berandalan yang dihajar Bony awalnya berniat mengumpulkan kawan-kawan mereka untuk membalas geng anak-anak muda yang membuat mereka tergeletak di tanah dengan tulang patah semua.
Tapi ketika mendengar obrolan orang-orang di sekitar mereka, semuanya langsung berwajah pucat pasi.
Bukannya kalau mereka menggerakkan semua kawan-kawan mereka, sama saja mereka terjun ke sarang singa?
Saat itu, kemungkinan besar nyawa mereka melayang padahal belum saja mereka sehari berada di desa ini!
Besoknya, semua geng dari luar desa menjadi jinak. Mereka tak banyak tingkah karena takut membuat marah orang yang salah.
Saat ini, di sebuah jalan Desa Badril, empat anak muda tengah berjalan dengan santainya.
Satu orang buntung bertangan satu. Satu yang lain berwajah pucat dan lemas. Serta dua yang lain berjalan dengan langkah lebar dan hidung yang di angkat ke arah langit bersikap seolah-olah jalanan Desa Badril milik nenek moyang mereka.
Sekilas, mereka adalah kumpulan empat bocah yang kelihatannya minta dipukul.
Namun tak ada yang berani menghadang mereka. Bahkan berandal berwajah paling beringas dan berotot paling tebal pun minggir membuat jalan ketika mereka lewat.
Pada saat itu, dibaptislah sebuah geng terkuat di Desa Badril.
Gengnya Shira. Mulai sekarang benar-benar merajai desa!