Bab 59 - Gong Tiramikal
Di lapangan terbuka, Kakek Lharu mememadang ke arah cakrawala langit. Ia menunggu seseorang. Sudah siap dengan mystic bag besar dan kusam yang selalu ia bawa ke mana-mana. Hari ini Kakek Lharu akan pergi lagi dari Desa Badril.
Padahal ia baru beberapa hari di sini. Seratus tahun lebih tak kembali dan ia kini tak tahu apakah bisa menganggap kembali tanah ini sebagai rumahnya.
Kakek Lharu mendesah. Setiap kali ia mengingat jalan, mengingat pepohonan kering, yang terkadang pula hijau, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Desa Badril nampak tak jauh berbeda dari desa yang ia tinggalkan dulu. Tapi ia sudah lama mengubur rumahnya dalam hati. Desa ini menjadi asing. Semua orang yang ia tinggalkan pun bisa diingatnya kembali.
Anaknya dulu yang masih bayi, yang tumbuh tanpa bimbingannya, atau saudara-saudaranya yang mengusir Lharu dari rumah dulu. Mereka semua sudah mati, tapi serasa hidup kembali dalam benak Kakek Lharu.
“Jika aku mati, sebenarnya aku juga ingin dikubur di sini.”
Kakek Lharu berbisik kepada angin yang berisik. Tak ada yang menanggapi. Ia juga, selain kepada Sari Malikh, tak akan mengatakan keinginan yang sebenarnya.
Jadi Kakek Lharu hanya meneguhkan hatinya. Dengan tangannya yang tersisa tulang kering ia menggenggam sebuah gagang pedang dengan mata pisau yang tipis.
“Ternyata kamu di sini,” kata sebuah suara dari belakangnya.
Kakek Lharu tak menoleh. Ia tahu siapa orang itu. Jadi ia berlagak sedikit kelam dan misterius.
“Situ mau mengantarkan kepergianku?”
“Aku membawakanmu teh. Juga biskuit,” kata suara itu.
Kakek Lharu pun menoleh, melihat sebuah sosok tua dengan seragam pelayan berdiri di situ. “Mana, mana?”
Pelayan itu adalah Yulong, membawa nampan perak dengan mangkuk kue kering dan cangkir di atasnya.
“Ini biskuit untukmu,” sambil berkata demikian, Yulong menyentilkan sebuah kue kering kecil ke udara.
“Hup!” Kakek Lharu menengadahkan kepalanya, mengangakan mulutnya dan kue itu pun mendarat masuk ke mulutnya.
“Dan ini teh untukmu,” ia mengambil cangkir teh hitam yang masih panas, dan langsung menyiramkannya ke wajah Kakek Lharu.
“PFFFTT!” sontak saja kulit wajah kakek itu pun terbakar oleh air teh panas. “Afha-afhaan enthe?!”
“Kamu yang apa-apaan,” kata Yulong dingin. “Bagi-bagi koin emas langit ke anak-anak, apa maksudnya coba?”
“Suka-suka aku lah! Humph! Masalah buat enthe?”
“Yang dapet masalah malah Keluarga Yashura, goblok!” seru Yulong.
“Siapa yang berani cari masalah dengan keluargaku? Cari mati!” Kakek Lharu mendengus sambil membusungkan dadanya.
“Banyak sebenarnya yang sedang mencari masalah dengan Keluarga Yashura. Baru-baru ini keluarga kecil dari desa tingkat kedua di kerajaan ini ingin merebut tunangan Tuan Muda Shira. Terus apa yang kamu lakukan?”
“Yoh, bukannya masalah itu sudah ada sebelum aku datang kemari?”
“Tapi kamu gak melakukan apa-apa setelah datang. Hanya bermain-main di sana-sini. Ke mana bualanmu tadi?” kata Yulong mengejek.
“Seenggaknya aku sudah mengobati Shira supaya bisa berduel sama bocah Blackwood itu. Apaan, hmm? Apa kamu bilang aku harus menghentikan duel itu? Apa kamu ingin orang-orang mengira buyutku Shira bersembunyi karena ketakutan?”
Yulong menggeleng-gelengkan kepalanya kecil sambil berkata, “pokok intinya, sikap santaimu itu membawa masalah di kemudian hari bagi Keluarga Yashura. Koin yang kamu berikan itu berharga luar biasa di Benua Tiramikal. Terus kamu berani dengan entengnya membagikan uang-uang itu ke anak-anak Yashura. Apa kamu tau apa yang terjadi kalau orang-orang tahu anak-anak itu memiliki koin emas dari langit?”
Pertanyaan Yulong tak beralasan. Saat ini, karena pilar cahaya yang tercipta ketika jiwa Pemberontak Shira dibangkitkan waktu itu, banyak para ahli dan petarung dari kerajaan lain yang mendatangi Desa Badril. Di setiap-setiap dari mereka, pasti ada yang berasal dari kerajaan yang pernah atau sering kali berurusan dengan dewa langit.
Seperti Moon Temple yang dulunya berada di bawah kendali Lord Darinkha, kerajaan lain pun tak jarang menjadi bawahan dewa langit lainnya.
Yang ditakutkan Yulong adalah mereka mengenali koin ini.
Tapi Kakek Lharu hanya mengangkat bahunya enteng.
“Masih ada kamu, kan?” katanya santai.
“Kamu tau aku gak bisa berbuat apa-apa kecuali memang benar-benar genting,” keluh Yulong. “Aku selalu bertanya-tanya kenapa orang sepertimu dipilih oleh Lord Darinkha untuk menjadi Pendeta Tinggi...”
“Itu masalah lain lagi, jangan dibawa-bawa dasar semfrul,” dengus Kakek Lharu. “Lagian, bukannya sekarang masalah sudah beres? Koin-koin itu sudah diamankan.”
“Iyalah. Tuan Muda Shira berkeliling untuk mengumpulkan koin-koin itu.”
“Terus apa yang kamu permasalahkan?”
Mendengar itu Yulong hanya bisa memijat jidatnya. “Apa sejak awal kamu tau kalau Tuan Muda Shira bisa mengenali koin emas itu?”
Kakek Lharu tak menjawab pertanyaan Yulong. Ia hanya berjalan ke arahnya dan menaruh secarik kertas di nampan kepala pelayan itu. “Daripada kamu masalahin itu mending baca ini,” katanya sambil mencuri beberapa buah biskuit dari atas mangkuk di nampan itu.
“Apa ini?” tanya Yulong melihat tulisan dengan bahasa asing di kertas yang diberikan Kakek Lharu.
“Baca aja dulu,” kata Kakek Lharu sambil mengunyah-ngunyah kue.
Yulong melihat ke kertas itu. Bahasa yang tertulis adalah kode terenkripsi. Jika ia ingin membuka kode itu, sebenarnya mudah. Tapi ia tak ingin menggunakan mana-nya sekarang.
“Aku gak bisa membacanya,” kata Yulong.
“Apa maksudmu gak bisa membacanya? Padahal kodenya mudah begitu!”
“Aku gak bisa menggunakan mana-ku sekarang.”
“Semfrul memang. Pasti gara-gara efek goblok itu. Sini, biar kubukakan kodenya.”
Setelah kertas itu bisa terbaca, Yulong langsung mengerutkan alisnya.
“Ini...” rasa ketidakpercayaan terpampang jelas di wajah Yulong. “Apa yang sebenarnya terjadi?”
“Haha, sebenarnya ngapain aja kamu di sini? Bukannya sudah kerjaanmu ngecek kondisi Shira setiap hari? Tapi gak apa-apalah, sudah kubilang serahkan Shira padaku. Jelaslah kerjaku lebih bagus daripada kamu.”
“Lharu, ini adalah isi ‘Stats Window’ Tuan Muda Shira, kenapa beda sekali dengan biasanya?”
“Karena membaca stats Shira dengan cara biasa gak akan bisa terbaca huruf-hurufnya. Jadi aku mencoba cara lain. Kertas ini adalah benda khusus yang kubeli dari organisasi ‘itu’.”
“Jadi format stats-nya sudah berbeda? Kukira aku gak bisa menggunakan item magic yang menampilkan informasi Tuan Muda Shira karena kecelakaannya di gunung.”
Kakek Lharu menggeleng serius sambil memakan biskuit lagi. “Masalahnya memang dari gunung. Tapi bukan karena kecelakaan itu,” ia mengambil jeda. “Yulong, kutanya padamu, apa Shira berada di gunung saat pilar cahaya yang kelihatan dari seluruh ujung Benua Tiramikal itu muncul?”
“Ini... dari mana kamu tahu?” tanya Yulong tak percaya.
“Ini buktinya,” Kakek Lharu menekan-nekan kertas itu dengan telunjuknya. “Cahaya itu, bukan pertanda munculnya harta karun seperti yang dipikirkan orang-orang.”
“Apa kamu mau bilang cahaya itu ada hubungannya dengan Tuan Muda Shira?”
“Aku sudah membaca banyak buku. Mencari-cari masalah ini. Dan aku hanya bisa menyimpulkan satu hal: Jiwa Pemberontak.”
Mendengar itu wajah Yulong menjadi tenggelam. “Lharu, apa kamu serius? Pemberontak Langit hanya legenda. Bahkan kaum langit hanya mengira itu dongeng.”
“Terus kamu percaya? Yulong, Apa kamu sudah dengar tentang cerita Gyl von Tiramikal tiga belas ribu tahun yang lalu?”
Yulong menggeleng.
“Pokoknya ceritanya tentang Gyl yang jadi pemberontak. Terus dia dikeroyok dewa langit dan akhirnya kalah. Tapi setelah mati, arwahnya kabur. Yulong, kawanku, apa kamu tau ke mana arwahnya kabur tiga belas ribu tahun kemudian?”
“Ke mana?”
“Semfrul memang! Ternyata dia datang ke sini! Arwah yang waktu itu minta dibenerin gongnya ternyata si Gyl von Tiramikal! Khambing memang! Aku jauh-jauh minggat dari Moon Temple malah masuk kandang buaya!”
Yulong diam mendengarkan. Kakek Lharu terlihat kesal karena tak bisa membicarakan masalah ini pada siapa-siapa.
Kakek Lharu mendesahkan napas. “Waktu itu aku kabur dari Lord Darinkha karena gak berani macam-macam dengan Pemberontak. Siapa yang menyangka buyutku menjadi salah satu dari mereka,” sesalnya.
Kepalanya hampir pecah. Kakek Lharu tak sengaja mendapati bahwa Shira adalah Pemberontak baru yang datang. Jika ia tak mendengarkan cerita tentang Gyl von Tiramikal sewaktu rapat para eselon waktu itu, ia tak mungkin memikirkan masalah ini.
“Ini... Nyonyaku harus tahu masalah ini. Lharu, sekarang apa yang kamu lakukan?”
“Apa yang akan kulakukan? Satu-satu dulu. Aku mau mengecek Jhuro. Saat ini aku hanya bisa mempercayakan Shira padamu.”
“Aku gak bisa berbuat apa-apa. Jika Tuan Muda Shira memutuskan untuk membuat kontrak dengan arwah itu, aku hanya bisa melihatnya,” kata Yulong.
“Gak apa-apa. Aku hanya minta waktu saja untuk memikirkan masalah ini. Tapi ingat, arwah itu adalah pemberontak. Aku bahkan kabur dari Lord Darinkha karena takut amukannya. Jangan mencari masalah dengannya.”
“Aku tau.”
Kakek Lharu berbalik. Sontak tiba-tiba, saat itu juga, terdengar gema berdengung dari angkasa.
GOOOONNG!!!
Yulong dan Kakek Lharu terdiam mendengar gema itu.
GOOOOOOOONGGG!!!!
GOOOOOOOOOONNGGGG...
Setiap kali suara itu terdengar, wajah Kakek Lharu semakin menjadi serius. “Panjang umur. Baru diomongin langsung muncul walau cuma suaranya aja.”
GOOOOOOONG...
Suara itu adalah gema gong yang dipukul, terdengar sampai ke mana-mana. Di ujung barat sampai timur Benua Tiramikal, gelombang suara yang menggetarkan hati menjalar menciptakan rasa takut di benak orang-orang.
Bagi mereka yang lemah tak akan menyadari suara tersebut. Mereka juga tak menyadari... ingatan mereka sedang dimanipulasi.
Untuk mereka yang cukup kuat, menyadari memori mereka sedang diacak-acak setiap kali mereka mendengar suara gong tersebut. Saat ini, di sebuah clan besar di Benua Tiramikal, duduk dua orang kakek tua.
Salah satu dari mereka memiliki nama besar di benua ini. Seorang Martial Artist level 98. Ia hampir mencapai level 100 dan mencapai kejayaan tertinggi sebagai petarung. Jadi sikap angkuhnya pun hampir mencapai langit.
Dan ketika suara gong itu ingin mengacak-acak pikirannya, ia hanya mendengus sambil mencibir.
“Siapa yang berani cari masalah denganku?” katanya.
“Suara gong itu memiliki efek menghapus ingatan. Aku takut efek radiusnya bisa membungkus seisi benua ini,” kata yang lain. “Kupikir ingatan yang dihapus tentang pilar cahaya waktu itu.”
“Seseorang ingin menjadi harta karun yang dirumorkan itu untuk dirinya sendiri. Tetap saja. Kalau orang itu berani muncul di depanku dia mencari mati,” Martial Artist itu pun menolak gelombang yang bisa menghapus ingatannya itu.
Tiba-tiba saja, dari jendela, terlihat sebuah burung kertas terbang ke arah mereka.
GOOOOOONNNNGGGGG!!!!
Burung kertas itu besar. Di punggungnya, berdiri seorang pria dengan tubuh transparan tengah memukul sebuah gong berukuran tiga meter.
Dua orang itu saling bertukar pandang melihat sosok arwah itu. Si Martial Artist pun mendenguskan napas keras. Mengambil ruang kosong untuk menyambut arwah itu karena ia yakin tujuan arwah sialan itu adalah istana clannya.
Dari udara, arwah itu langsung melompat. Tubuhnya menembus dinding, masuk ke dalam ruangan.
“Aku sedang buru-buru. Jadi singkat saja. Kehilangan ingatan atau nyawa. Pilih sekarang,” kata Gyl dengan nada kesal.
“Jadi kamu yang cari gara-gara memukul gong sialan itu. Berisik tau!” kata si Martial Artist angkuh.
Tatapan Gyl menjadi dingin. Ia mengeluarkan sebuah benda asing dari sakunya. Benda itu terbuat dari besi, dengan moncong berlubang, dan Gyl menodongkan moncong benda itu ke arah si Martial Artist dengan aura mengintimidasi. Seperti benda asing itu adalah senjata yang mematikan.
“Aku banyak ketemu orang ngeselin seperti kamu barusan. Tapi aku tau kamu adalah investor di Liberators. Jadi aku memberikanmu kesempatan. Hilang ingatan atau nyawa. Cepat, aku sedang buru-buru!”
“Hmph! Aku gak suka nadamu,” si Martial Artist itu pun membuka jubahnya, memperlihatkan tubuhnya yang kekar dan segar walau di usia tuanya.
“Jadi kamu memilih kehilangan nyawa,” kata Gyl dingin.
Martial Artist itu mendengus. “Ayo kita lihat siapa yang akan kehilang nyawa!”
Martial Artist itu pun mengambil kuda-kuda menyerupai harimau. Kemudian ia memukul-mukul udara, menggemparkan ruang setiap dengan energi tinjunya. Ia mengganti kuda-kuda lagi.
“HYIIIAAAATTTT!!!” sontak energi mana berwarna kuning menyambar-nyambar dari tubuhnya. Rambutnya yang berwarna cokelat kini sudah berbuah menjadi warna kuning dan rambutnya pun berubah kaku tegak berdiri dan berduri-duri.
“Ini... Clan Patriach langsung menggunakan buff itu. Super Taiyam! Apa ini cuma imajinasiku? Clan Patriach sudah lama gak berubah jadi Super Taiyam!”
shu shu shu shu shu
Aura di udara berubah karena energi mana kuning yang terpancar dari tubuh Martial Artist itu. Siapa pun yang melihatnya akan terpesona oleh kehebatan transformasi auranya.
“Inilah akibatnya jika mencari masalah denganku, Son Goceng!” Martial Artist itu mengambil kuda-kuda berbeda, meluruskan pahanya sambil mensejajarkan tangannya di pinggang.
Ada ruang di antara kedua telapak tangannya. Dan tiba-tiba saja, energi mana pekat berwarna kuning pun terkumpul menjadi bola energi yang terasa dahsyat dipandang mata!
“Gak mungkin! Clan Patriach akan mengeluarkan jurus itu!” kata orang tersebut sambil melangkah mundur sambil gemetaran. “Apa Clan Patriach ingin menghancurkan separuh Clan kita?!”
Energi yang terkumpul di tangannya sangat luar biasa. Terasa bisa menghancurkan seisi kota dengannya.
Tapi air muka Gyl tetap tenang.
Martial Artist bernama Son Goceng ini pun, sambil mengisi energi mana-nya, berseru: “KA... ME... KAME......”
DOORRR!!!!
Gyl pun menekan pelatuk pistol yang ada di tangannya.
Dengan begitu si Son Goceng ditembak sampai mati oleh Gyl. Semua energi dahsyat tadi lenyap dalam sekejap, dan tubuhnya tersungkur kaku tak bernyawa.
“Sekarang bagaimana denganmu? Pilih kehilangan ingatan atau nyawa?” tanya Gyl malas, memindahkan arah pistolnya yang masih mengeluarkan asap mesiu.
Orang tadi masih mengangakan mulutnya tak terpercaya. Clan Patriach-nya, yang terkenal selalu memenangkan setiap duelnya, tewas begitu saja di depan matanya.
“Woi, cepat jawab! Aku sedang buru-buru! Masih banyak orang-orang goblok lain yang masih menolak suara gongku seperti Clan Patriach-mu.”
Orang itu pun, dengan kaki gemetar, langsung berlutut dan bersujud. “Tolong jangan bunuh aku!”
Setelah itu, dalam hitungan jam, banyak petarung dengan level tinggi tewas begitu saja. Tak ada yang tahu mengapa mereka meninggal. Sebenarnya banyak yang tahu, tapi mereka memilih menghapus ingatan mereka tentang Gyl dan pilar cahaya Desa Badril ketimbang mati.
Saat ini, Pangeran Edicha sedang duduk-duduk santai bersama pengawal setianya, Komandan Tarekh.
“Mas Boy menghilang ternyata main begituan. Kebiacaan emyang,” kata Edicha sambil tersenyum.
“Apa ini suara gong ini adalah suara Gong Tiramikal yang pangeran sering ceritakan itu?” tanya Komandan Tarekh.
“Halah, iya kamu becyul sekalih! Mas Boy kalau gak terkenal dia gak bisa diem,” kata Pangeran Edicha. “Hihi, aku jadi keinget masa lalu.”
“Tapi pangeran, bukannya kalau dia menghapus ingatan orang-orang dengan gongnya, gak bakal ada yang bisa mengenalinya. Bagaimana mungkin dia bisa jadi terkenal?”
“Hmph! Kamu ganteng tapi oon juga! Mas Boy nyari terkenalnya bukan ke cinih. Tapi ke atas. Ke atas, ngerti!” katanya sambil mengarahkan telunjuk ke atas langit.
Pangeran Edicha benar. Di langit, saat ini, juga mendengar dengung gong tersebut. Walau tak ada dari mereka yang terkena efek ingatan mereka terhapus, saat ini kastil para dewa langit menjadi ribut.
Walau kaum langit generasi ini tak mengenal nama Gyl von Tiramikal, tetapi dewa langit yang sudah hidup lebih dari tiga belas ribu tahun lalu mengingat betul kejadian itu.
Siapa yang tak bisa mengingatnya? Saat itulah mereka melihat pasukan Kaisar Langit turun ke bumi. Walau Kaisar Langit tak membasmi langsung Gyl, tapi konon kabarnya ia bertarung dengan seseorang yang sama kuatnya.
Dan ceritanya, karena duel Kaisar Langit dengan orang itu berakhir imbang, Gyl von Tiramikal pun mendapat celah untuk membuat arwahnya kabur setelah mati. Tapi yang tahu tentang rumor ini hanyalah tiga dewa tertinggi yang berada di bawah perintah langsung Kaisar Langit. Dewa langit biasa tak mengetahui masalah ini.
Dan sekarang, mereka semua, langsung menyadari kejadian tiga belas ribu tahun yang lalu belumlah beres. Semua mata langsung mengarah ke arah Lord Darinkha, yang waktu itu ditugaskan untuk membereskan Gyl, dan membawa pulang kejayaan pula.
Semua orang tahu arwah Gyl masih hidup setelah mendengar suara gong ini. Mereka langsung mengirimkan pasukan untuk melihat keadaan ke bumi, dan setelah itu, mereka pun menyadari seseorang tengah mencegat salah satu gerbang langit.
Orang itu, adalah Immortal Blood Knight. Semua orang ketakutan ketika melihat ia masih hidup.
Sebelumnya, hanya rumor saja yang beredar di banyak kalangan dewa langit. Tapi setelah melihat langsung dengan mata mereka sendiri, mereka langsung gemetar ketakutan.
“Apa yang harus kita lakukan? Yang hanya bisa mengalahkan Immortal Blood Knight adalah Kaisar Langit dan para jenderal elitenya!”
“Kita gak harus ngapa-ngapain. Tapi apa kamu dengar? Dewa Langit yang berada di bawah perintah Kaisar Langit sedang mengorganisasikan pasukan mereka?”
“Benarkah? Apa Kaisar Langit ingin bertarung dengan Immortal Blood Knight?”
“Sepertinya gak sesederhana itu. Kalau hanya Immortal Blood Knight yang beliau lawan, beliau gak bakal mengumpulkan pasukan sebanyak itu.”
“Terus apa maksudmu?”
“Aku khawatir... akan ada badai besar dalam waktu dekat.”
Saat langit sedang heboh, sekarang ada kereta kuda mewah sederhana tengah melesat di suatu jalan sepi.
Itu bukanlah kereta kuda Blackwood. Melainkan ada simbol Keluarga Yurin yang menghiasinya.
Si kusir tengah menguap. Ia tak menyadari ada suara gong yang melenyapkan ingatannya tentang Desa Badril sekarang. Di sebelahnya pun sama. Seorang pria muda tiga puluhan sedang membaca buku. Ia tak tahu, ingatannya tentang Gyl dan Immortal Blood Knight yang ia lihat waktu itu, memudar begitu saja.
Walau Jerrin Yurin tak menyadari suara gong itu menghapus ingatannya, tetapi saat ini Merly Yurin gemetar ketakutan.
“Mama Ross, apa yang harus kulakukan?” tantanya dengan suara setengah menangis.
“Merly sayangku, tenangkan pikiranmu. Suara gong itu akan melenyapkan ingatanmu tentang cahaya di Desa Badril dan kamu akan selamat. Gak akan ada apa-apa yang terjadi padamu.”
“Aku gak bisa. Mengapa aku melihat banyak orang-orang mati ketika mendengar gong ini? Mana bisa pikiranku tenang. Mama Ross, apa yang harus kulakukan?”
Mama Ross bimbang. Kejadian mengerikan yang dilihat oleh Merly adalah ingatannya di masa lalu. Saking ketakutannya, Mama Ross tak bisa mengendalikan emosinya dan karena kontraknya dengan Merly, gadis itu tak sengaja melihat ingatan Mama Ross yang bocor.
Arwah wanita itu takut, jika ingatan gadis itu tentang cahaya Desa Badril tak bisa dihapuskan, Gyl akan datang untuk membereskannya dengan tangannya sendiri.
Sedang Merly gemetar ketakutan, seperti melihat mimpi buruk, di ingatan Mama Ross yang bocor ia melihat arwah yang selalu mendampingi Shira waktu itu berkeliling untuk membunuh orang satu per satu.
Gadis itu mengerti, jika ada orang yang menentang kekuatan Gong arwah itu, maka ia akan dibunuh di tempat.
“Mama Ross, apa yang harus kulakukan?” tanya Merly. “Aku takut Tuan Arwah itu akan mendatangiku.”
Mama Ross pun juga ketakutan. Ia tahu, jika tidak karena kontraknya dengan Merly, gadis malang itu tak akan menyadari apa-apa dan bahaya tak akan datang menjemputnya.
“Pokoknya, Merly sayangku, tenang dulu. Kalau pun kamu gak bisa membiarkan gong itu menghapus ingatanmu, dan arwah itu datang, aku akan menemanimu untuk memohon ampun padanya,” kata arwah wanita itu pasrah.