Bab 62 - Angkuhnya Tak Mengenal Langit dan Bumi

“Gak boleh pakai item magic, mengerti?”

“Peserta yang meminum potion sebelum atau selama pertarungan akan dinyatakan gugur.”

Wasit yang berdiri di antara Shira dan Frane mengucapkan banyak peraturan duel. Itu adalah hal formal karena biasanya semua orang tahu etika dalam berduel.

“Apa kalian sudah siap?”

Frane menjawab dengan percaya diri. Sedang Shira tetap diam tak merespons.

“Kalau begitu gunakan skill buff kalian jika ada,” kata wasit itu memperingati.

Frane Blackwood melihat ke arah Shira, matanya yang tak menyembunyikan pancaran angkuh mengunci wajah Shira yang murung. “Gak perlu buff untuk duel ini,” katanya dengan nada mencibir.

“Bagaimana denganmu, Shira?” tanya si wasit.

Shira tak menjawab, tatapannya lemas merunduk ke bawah.

“Shira masih Novice dan belum memiliki skill buff,” kata seseorang dari tempat penonton cepat-cepat. Wasit yang bertugas berasal dari luar, jadi wajar jika tak tahu status Shira.

“Seharusnya status-nya diperlihatkan ke semua penonton biar jelas,” kata seorang pria berwajah bangsawan dari tempat duduk khusus Keluarga Blackwood. “Mengapa pihak Desa Badril menutup-nutupi hal ini? Penonton berhak tau status peserta duel.”

Pria itu, bukan lain adalah Tuan Besar Blackwood. Ia menunjukkan ketidakpuasannya tentang Keluarga Yashura yang bersekongkol dengan balai desa untuk menutupi talenta Shira yang buruk.

Awalnya ketika Tuan Besar Blackwood melihat banyak sekali tamu yang datang dari kerajaan lain, tamu yang memiliki prestise yang jauh lebih hebat ketimbang keluarganya, Tuan Besar Blackwood merasa senang dan cemas. Ia senang karena mendapatkan senjata yang lebih tajam untuk menekan Kepala Keluarga Malikh memberikan Bhela kepada keluarganya. Tapi juga ia cemas, takut bila ada serigala lain di antara penonton-penonton ini yang juga ingin mengincar Bhela.

Sekarang ia tak tahu mengapa tiba-tiba saja duel ini menarik banyak perhatian orang-orang dari kerajaan lain ini. Awalnya ia mengerti masalah pilar cahaya di gunung Desa Badril, tapi ingatannya tentang hal ini sudah dihapus Gong Tiramikal. Jadi tentu saja sekarang ia waspada kepada mereka.

Di tempat Kepala Desa duduk, ada tamu yang sangat penting di sebelahnya. Ia adalah Pangeran Tatalghia Kingdom, tetapi bukan pangeran yang sebelumnya memiliki konflik dengan Bony.

Ia adalah pangeran generasi sebelumnya, adik dari sang raja. Pangeran Tua inilah yang memimpin ekspedisi ke sini. Sang Raja yang ambisius memerintahkannya untuk membawa kembali “harta karun” yang ada di desa ini, tapi sayang ingatannya dihapus oleh Gyl. Sampai sekarang ia bingung apa yang sedang ia lakukan di desa kecil seperti ini.

“Kepala Desa, benar juga. Kenapa status peserta duel gak diumumkan. Padahal kan sudah tradisi?” tanya Pangeran Tua dengan nada setengah berbisik kepada Kepala Desa yang duduk di sebelahnya.

“Ini... seseorang meminta secara pribadi untuk melewatkan tradisi itu,” kata Kepala Desa tersenyum pahit, menoleh diam-diam ke arah Nenek Sari.

Pangeran Tua mengangguk-angguk. Dari inteligensi yang ia dapatkan baru-baru ini, Pendeta Tinggi Moon Temple ternyata adalah senior Keluarga Yashura.

Ia mengingat lagi, cerita sepuh-sepuh di kerajaannya yang melihat langsung kebuasan Kakek Lharu sebelum menjadi Pendeta Tinggi. Waktu itu tak ada yang mengenal namanya, hanya gelar Pendekar Pedang Kidal saja.

Pendekar Pedang Kidal adalah sosok hewan buas yang tak pernah takut amukan langit. Musuhnya bersemayam di empat mata angin yang berbeda, tapi tak pernah ada yang berhasil mencegah langkahnya untuk jalan-jalan santai di tanah Benua Tiramikal ini.

Pendekar Pedang Kidal dan Pendeta Tinggi Moon Temple, jelas-jelas berbeda. Walau adalah orang yang sama, tetapi banyak yang berpendapat kalau temperamennya menjadi tumpul setelah memegang tanggung jawab memimpin kuil terkuat di benua ini.

Dan sekarang setelah ia pensiun dari kursinya di Moon Temple, bukankah itu artinya rantai hewan buas itu sudah dilepaskan?

“Orang bodoh mana yang berani mencari masalah di depan orang itu,” desah si Pangeran Tua menggeleng-gelengkan kepala.

Mendengar itu Kepala Desa Badril jadi merinding. Ia melihat lagi ke arah Nenek Sari, mengira orang yang dimaksud Pangeran Tua adalah nenek ini.

“Perlihatkan status mereka!” tiba-tiba saja seseorang dari luar berteriak.

“Benar! Aku bertaruh banyak uang, tapi gak bisa melihat status mereka?!”

“Apa-apaan ini?”

Orang-orang yang berteriak itu tentu saja orang-orang yang ditanamkan Blackwood. Mereka keluar cukup banyak uang untuk membeli banyak orang. Tapi tetap mereka tak bisa menanam penonton yang ada duduk di pondong.

Sebenarnya penonton yang di dalam juga ingin melihat status peserta duel. Mereka ke sini untuk hiburan, dan akan lebih seru jika melihat kemampuan mereka sebelum duel berlangsung.

Tapi tak ada yang berani menyerukan suara di situ. Di para hadirin ada penonton yang memiliki status sosial yang jauh lebih tinggi dari pada mereka, seperti Purple Garden Sect dan Tatalghia Kingdom, yang masih duduk diam manis tak mempermasalahkan.

Saat ini, duduk seorang pria muda mencibir ke arah penonton. Di sebelah kanan dan kirinya duduk wanita cantik. Ia adalah Pangeran Tatalghia.

“Pangeran ini ingin melihat status mereka. Kenapa wasitnya lambat sekali,” katanya dengan suara malas sekaligus tak sopan.

Pangeran Tua melihat ke arah keponakannya, alisnya langsung berkerut. Ia tentu sudah memerintahkan para Guardian untuk memperingati keponakannya ini, kalau di desa ini tinggal beberapa sosok yang tak boleh ia singgung begitu saja. Tapi rupanya pangeran ini terlalu arogan, mengira Tatalghia Kingdom tak terkalahkan di mana-mana.

Si wasit ketika mendengar suara Pangeran Tatalghia, terus-menerus meminta maaf kepadanya.

“Kalau aku ingin melihat status mereka, siapa yang akan menghalangiku?” cibir si pangeran. “Aku mendengar anak Yashura yang cacat ini ingin dinikahkan dengan cewek Malikh yang katanya punya empat afinitas elemen.”

Ia melihat ke arah Bhela dengan tatapan provokatif. “Keluarga Yashura takut kalau fakta tunangan Bhela Malikh gak kompeten. Keluarga Blackwood sangat mulia jika ingin membongkar ketidakadilan ini.”

Tuan Besar Blackwood mengangguk-angguk mendengar ucapan Pangeran Tatalghia. “Pangeran benar sekali. Keluarga kami ketika melihat Dik Bhela Malikh diperlakukan tidak adil seperti ini, ingin membongkar pertunangan ini, karena Keluarga Malikh selama belasan tahun dipaksa Keluarga Yashura untuk melanjutkan pertunangan ini ke pelaminan,” tentu saja ia menambah minyak ke dalam api ketika melihat kesempatan.

Walau semua orang tahu kalau Kepala Keluarga Malikh yang meneguhkan pertunangan ini, tapi karena sekarang ia tak bisa hadir, tak ada yang menampik ucapannya. Bahkan Nenek Sari, dengan kening mengernyit, diam saja sambil menatap tajam Tuan Besar Blackwood dan Pangeran Tatalghia.

“Keluarga Malikh dipaksa?” Pangeran Tatalghia menunjukkan wajah terkejut, tapi dalam hati ia mencibir. “Keluarga Yashura benar-benar hebat sekali, ya. Bisa mengikat Keluarga Malikh seperti itu. Sepertinya ada drama di belakang layar yang nggak kita ketahui.”

“Pangeran benar sekali lagi, memiliki wawasan dan wibawa yang luar biasa,” Tuan Besar Blackwood tak lupa menjilat. “Semua orang tau, kan, salah satu Dewan Besar Keluarga Yashura adalah Jhuro Yashura, seorang kelas unik yang memiliki afinitas hebat dengan elemen racun. Faktanya, beberapa hari yang lalu, karena Kepala Keluarga Malikh ingin memutuskan hubungan pertunangan antara Dik Bhela dan anak Yashura yang cacat itu. Tapi ketika Jhuro Yashura mendengarnya, ia murka, dan langsung meracuni Kepala Keluarga Malikh hingga sekarat!”

Semua penonton yang mendengarnya terkejut. Terutama yang berasal dari Desa Badril. Mereka tak tahu di belakang layar ternyata ada main Keluarga Yashura.

“Hei, hei, bukannya Jhuro dan Ghalim sejak dulu sohiban, kenapa tiba-tiba main racun-racunan?”

“Lagian bukannya Kepala Keluarga Malikh kabarnya sakit?”

“Blackwood nyebar fitnah. Sudah jelas pengen ngerebut Bhela. Malahan aku curiga kalau mereka yang ngeracunin Ghalim.”

Banyak orang yang tak percaya, banyak juga yang termakan situasi. Tapi yang paling tenggelam air mukanya adalah orang-orang Yashura. Wajah keras Shuro Yashura sudah menjadi hitam padam di situ. Tapi ketika melihat lawannya memiliki dukungan Pangeran Tatalghia, ia hanya diam saja tak berani membalas.

Ketika penonton tiba-tiba panas berdiskusi, Tuan Besar Blackwood menyunggingkan senyum kecil dan lanjut berkata. “Aku tau banyak dari para hadirin yang meragukan hal ini. Aku adalah Tuan Besar Blackwood, sering kali menerima kunjungan Sepuh Malikh yang meminta perlindungan dari Keluarga Yashura. Jika gak percaya, mari tanyakan langsung kepada Keluarga Malikh.”

Mata semua orang tertuju ke arah tempat duduk Keluarga Malikh. Tapi orang-orang Malikh tetap diam tak menjawab.

“Bagaimana, Sepuh malikh? Kalian gak perlu takut ancaman Keluarga Yashura. Ada aku di sini, siapa yang berani mencegah kalian mengungkapkan kenyataannya?” kata Tuan Besar Blackwood membusungkan dada.

Sepuh Malikh, yang sebelumnya memiliki hubungan erat dengan Tuan Besar Blackwood, hanya bisa tersenyum pahit. Ia kemudian melihat ke arah Nenek Sari, yang melototinya dengan tatapan tajam mengintimdasi.

Bulu kuduknya merinding. Ia tahu nasib yang menunggunya bila salah bersikap. “Ini... kami Keluarga Malikh gak tau apa yang Tuan Besar Blackwood ucapkan. Sejak awal Kepala Keluarga kami, Ghalim Malikh, adalah sahabat dekat Jhuro Yashura. Mana mungkin Tuan Jhuro meracuni sahabatnya sendiri.”

Pernyataan Sepuh Malikh itu membuat suasana menjadi geger. Akhirnya terungkap, Blackwood mencoba memfitnah Keluarga Yashura!

Tapi sayang sekali mereka mengira Keluarga Malikh masih berada di telapak tangan mereka. Ada Nenek Sari di sini, mana mungkin Sepuh Malikh berani mengkhianati Kepala Keluarga mereka.

Air muka Tuan Besar Blackwood, yang menjadi pusat perhatian, tiba-tiba menjadi tenggelam ketika mendengar itu.

“Sepuh Malikh, seperti yang kubilang tadi, gak perlu takut ancaman Yashura. Aku akan melindungi kalian,” katanya lagi.

“Tuan Besar Blackwood, mohon maaf, jika Anda ingin memfitnah Keluarga Yashura, tolong jangan libatkan kami yang gak tahu apa-apa,” balas sepuh itu menambahkan.

Wajah Tuan Besar Blackwood menjadi pucat seputih kertas. Ia tak tahu harus berkata apa lagi, Keluarga Malikh sudah berpaling darinya!

Habis sudah harga diri Tuan Besar Blackwood dibuang ke kubangan lumpur. Semua orang kini melihatnya dengan tatapan jijik, ditambah dengan suara tawa keras terpingkal-pingkal dari arah tempat duduk Keluarga Yashura, di mana ia harus menaruh mukanya sekarang?

“Sepertinya keadaan jauh lebih parah dari pada yang kuduga,” Pangeran Tatalghia menyahut, menggeleng-gelengkan kepalanya. “Sebegitu takutnya kah Keluarga Malikh kepada Keluarga Yashura? Oke, gak masalah. Aku adalah pria terhormat yang gak mau melihat ada seorang perempuan diperlakukan gak adil. Barangkali aku harus ikut campur.”

Semua orang melihat ke arah Pangeran Tatalghia. Menunggu ia menjelaskan apa yang ia maksud dengan ikut campur.

Terutama pamannya. Pangeran Tua saat ini cemas. Ia menyuruh ajudannya untuk memperingati lagi keponakannya untuk tak membuat masalah kepada Keluarga Yashura, takut-takut menyinggung Pendeta Tinggi Moon Temple yang ada di situ.

Tapi terlambat. Belum sampai peringatannya kepada si keponakan, Pangeran Tatalghia Kingdom langsung menyatakan hal yang membuat orang-orang menjadi geger.

“Dari pada Bhela Malikh dijadikan tumbal untuk dinikahkan dengan anak cacat itu, lebih baik dia menjadi selirku. Adalah kehormatan untuk menjadi selir putra mahkota Tatalghia Kingdom,” katanya dengan nada arogan, seperti sudah mengeluarkan mandat sang raja.

Orang-orang menjadi heboh. Terutama Keluarga Yashura dan Blackwood. Tuan Besar Blackwood bahkan tak berani berkata seperti itu, mencuri Bhela terang-terangan.

Tapi siapa Pangeran Tatalghia? Statusnya terlalu tinggi untuk bermain udang di balik batu seperti Blackwood.

Ada seorang pria tegap yang tengah menggeleng-gelengkan kepalanya di tengah-tengah para penonton di pondong itu. Ia kemudian merendahkan kepalanya, berbisik di sebelah telinga tuannya.

“Pangeran Edicha, apa kita sebaiknya menyelesaikan masalah ini?” tanya pria itu. Ia adalah Komandan Tarekh.

East Tiramikal Kingdom, memang kerajaan kecil jika dibandingkan Tatalghia Kingdom. Status mereka tak cukup untuk berdebat dengan Pangeran Tatalghia.

Namun Pangeran Edicha saat ini bukan datang sebagai pangeran dari East Tiramikal Kingdom. Ia memiliki status lain, sebagai pejabat di sebuah organisasi, yang jika disebut namanya saja akan membuat Tatalghia Kingdom berpikir sepuluh kali untuk membuat masalah!

Komandan Tarekh menyarankan hal ini karena mereka adalah tamu Keluarga Yashura. Di tambah lagi, ia mengerti satu dua hal tentang Keluarga Yashura yang tak dimengerti orang lain. Adalah hal yang wajar jika Pangeran Edicha membantu Keluarga Yashura.

Tapi Pangeran Edicha malah memajukan bibirnya tak puas mendengar ucapan Komandan Tarekh.

“Ich, kenapa? Lagi seru-seryunyaa!”

Bukan hanya Komandan Tarekh yang tak menyetujui sikap arogan Pangeran Tatalghia. Di antara para penonton, juga banyak yang berpikir demikian.

Tapi yang anehnya, yang berani menyangkal malah pamannya sendiri, Pangeran Tua Tatalghia Kingdom. “Pangeran, pertunangan mereka sah dan dari persetujuan dua Keluarga. Mengatakan ingin menjadikan tunangan orang lain selir adalah hal yang gak sopan. Sebaiknya pangeran meminta maaf kepada Keluarga Yashura dan Malikh sekarang.”

“Paman, apa paman gak mendengar tadi, rencana-rencana busuk Keluarga Yashura yang sudah menjerat Keluarga Malikh? Aku hanya ingin memberi keadilan dan melindungi anak Malikh, itu saja.”

Semua orang menggelengkan kepala. Mereka tahu drama yang dibuat Pangeran Tatalghia, ingin mencuri burung angsa dari kandangnya.

Saat ini, di tempat duduk Kepala Desa Badril, muncul seorang suruhan Keluarga Malikh. Ia diam-diam menyusup, kemudian menepuk-nepuk pundak Kepala Desa Badril dari belakang.

“Ada pesan dari Nenek Sari,” katanya memberi secarik kertas kepada Kepala Desa.

Ketika Kepala Desa membaca tulisan kecil di kertas itu, matanya terbelalak, ia pun menarik napas keras-keras.

“Ini...” ia menelan kembali katanya yang ingin keluar dari tenggorokannya. Ia kemudian melihat ke arah Nenek Sari, yang diam tenang meminum tehnya seperti tak terjadi apa-apa. Ia hanya bisa tersenyum pahit, kemudian menoleh ke arah Pangeran Tua Tatalghia Kingdom yang ada di sebelahnya sambil menelan ludah.

Pangeran Tua mendesahkan napasnya. Ia mengangguk, seakan bisa mengerti apa yang ada di kertas itu tanpa membacanya.

Keluarga Yashura dan Malikh semenjak tadi tak membalas cacian Pangeran Tatalghia. Keluarga Yashura tak berani menyangkal. Sedang Malikh juga diam semenjak Sepuh Malikh menyangkal fitnah Tuan Besar Blackwood tadi.

Tapi kertas kecil ini, adalah sikap Keluarga Malikh yang sebenarnya. Kepala Desa Badril memberanikan diri, berdiri dari duduknya, dan sambil menggosok-gosokkan tangannya ia berkata: “Pangeran Tatalghia, mohon maaf. Pertarungan duelnya akan segera dimulai. Jika Pangeran ingin tetap ribut, lebih baik ributnya di luar saja.”

Apa-apaan ini? Kepala Desa Badril baru saja ingin mengusir Pangeran Tatalghia!

Bukannya ingin saja, beberapa orang dari desa sudah mendekati orang-orang Pangeran Tatalghia, meminta mereka keluar dari pondong.

Para penonton dari kerajaan lain tak menyangka hal ini. Mereka melihat ke arah Kepala Desa Badril yang sudah berkeringat dingin. Semua orang menyangka-nyangka dalam hati, siapa orang di balik layar yang berani mengusir tamu terhormat seperti Pangeran Tatalghia.

Wajah Pangeran Tatalghia memerah. Ia pun tak menyangka ada yang berani mengusirnya. Sontak ia juga berdiri karena emosi. “Kamu... kamu berani mengusirku? Apa kamu gak mendangar dari tadi, aku Pangeran Tatalghia, putra mahkota! Jika aku menjadi raja, apa kamu gak takut aku akan melenyapkan desa kecil ini?!”

“Pangeran, jika ingin ribut lagi, tolong di luar saja,” ucapan Kepala Desa masih sama. Tapi kakinya sudah gemetar ketakutan sekarang.

“Cih, memang benar! Keluarga Yashura menyuruhmu untuk mengusirku? Berapa yang mereka bayar? Aku akan membayar dua kali lipat untuk mengusir semua orang yang bernama belakang Yashura dari sini! Dasar Keluarga sampah!”

“Berisik! Siapa yang sudah memberi jalan buat anjing ini masuk?” tiba-tiba, sebuah suara malas dan dingin membentak dari tengah-tengah pondong. Semua orang, saking serunya mendengar cacian Pangeran Tatalghia, lupa pada pemuda ini, yang tadinya menjadi sorotan perhatian.

Semua orang terdiam mendengar bentakan itu. Ketimbang mengusir Pangeran Tatalghia, membentak dan menyebutnya dengan sebutan binatang, tentu saja, lebih angkuh seratus kali lipat!

Semua mata tertuju pada sosok pemuda di tengah-tengah panggung. Pemuda yang angkuhnya tak mengenal langit dan bumi ini, bukan lain adalah Shira Yashura.

“Kamu menghina Keluarga Yashura sekali lagi,” suara Shira dingin, sedingin es membeku. “Akan kupotong lidah busukmu itu!”

Hening!

Yang mengancam Pangeran Tatalghia seperti itu, hanya Shira seorang yang melakukannya.

Semua orang dibuat geger dengan sikap angkuh pemuda ini.

Pemuda yang biasanya diam dan selalu menahan ejekan dan cemoohan orang ini, tiba-tiba saja mengucapkan kata-kata yang mampu membuat Benua Tiramikal gempar!

Apa yang sudah terjadi pada otaknya Shira?

Itulah kata-kata yang pertama kali muncul di benak Keluarga Yashura yang tengah merinding ketakutan.