Bab 63 - Istri Pertama, Kedua... Ketiga?
Shira adalah anak yang pendiam. Selalu menjaga jarak dan jarang bersosialisasi. Jadi hanya orang yang dekat saja, yang bisa melihat wataknya, mengerti siapa Shira sebenarnya.
Ia adalah pemuda yang malas dan introvert. Bisa dibilang juga cinta damai. Jika ia memiliki konflik dengan orang lain, paling-paling ia hanya mengundurkan diri, bersembunyi, atau pura-pura tak mengenal orang itu.
Tapi pemuda pasif sepertinya pun punya batasan sendiri. Terutama jika suasana hatinya sedang buruk, kucing jinak sepertinya bisa saja meraung dan berubah ganas menjadi singa bila ekornya diinjak orang lain.
“Kamu... berani ngomong gitu kepadaku? Apa kamu tau siapa aku?” Pangeran Tatalghia menyunggingkan satu sudut bibirnya. Dalam hati ia menyukai jika ada orang tolol yang tak bisa melihat Gunung Rinjani di depan matanya. Tak mengerti betapa tingginya bumi dan langit. Karena jika ia sudah berkata, ia bisa berpuas-puasan membuat anak tolol ini menyesal.
Itu benar. Di mata semua orang, Shira adalah anak kurang ajar yang mencari mati. Tak mengapa jika seseorang ingin beradu mulut untuk mempertahankan harga diri keluarganya. Tapi berargumen pun ada batasannya. Jika salah berkata, dendam bisa muncul, dan nyawa pun bisa menghilang.
Tapi Shira, dengan wajah malasnya yang dingin, sama sekali tak peduli soal itu.
“Aku tau siapa kamu,” katanya pelan, melihat Pangeran arogan itu dari sudut matanya. “Di Tatalghia Kingdom, gak ada yang berani melawan otoritasmu. Tapi ini bukan Tatalghia Kingdom. Jika aku mau memotong lidahmu, bahkan empat orang berbaju putih yang bersembunyi itu gak akan bisa menolongmu!”
Ia berucap dengan pelan dan jelas, dengan nada ditekan mengintimidasi.
Setelah ia berkata demikian, matanya menyapu empat arah berbeda. Tatapannya dingin, tapi ia menoleh dengan sikap santai dan biasa saja.
Orang-orang hanya menganggap tatapan itu hanya gerakan biasa. Mereka masih terpaku pada ancamannya yang membual dan angkuh minta ampun pada Pangeran Tatalghia tadi.
Tapi ada lima orang yang hati mereka dibuat bergetar oleh tatapan Shira. Mereka adalah empat orang berbaju putih yang bersembunyi di antara kerumunan, berperawakan dan tampilan biasa dan membaur, yang ditatap lekat oleh Shira secara bergantian.
Orang ke lima adalah Pangeran Tua Tatalghia. Ketika ia mendengar Shira mengancam keponakannya tadi, ia hanya mengira anak ini hanya terlalu angkuh dan tak mengerti keadaannya. Tapi sekarang berbeda.
Jadi ia berdiri dan berkata pada Pangeran Tatalghia muda. “Pangeran, kamu lebih baik kembali dulu. Desa ini adalah tempat yang tenang. Gak enak kalau membuat ramai hanya karena masalah sepele seperti ini.”
Pangeran Tatalghia muda tak membelas. Jika pamannya sudah berkata demikian, ia tahu harus turun dari sini. Jadi ia melihat ke arah Shira, mendengus kecil sambil menaruh senyum mencibir di wajahnya dan pergi dari pondong itu disertai pengikutnya.
Pangeran Tua Tatalghia duduk kembali. Kepala Desa Badril tak henti-hentinya meminta maaf kepadanya. Itu karena sikap Shira yang terlalu kurang ajar, bisa saja membuat desanya ikut terkena amukan Tatalghia Kingdom.
Melihat sikap Kepala Desa, Pangeran Tua hanya tersenyum. “Gak apa-apa, Kepala Desa. Ini hanyalah konflik anak muda. Sudah biasa terjadi,” katanya santai.
Kepala Desa sangat menyesali sikap Shira Yashura. Ia juga melihat ke arah Keluarga Yashura, yang diam tak menampik Shira, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Apa Keluarga Yashura memang seperti ini?” tanya Pangeran Tua Tatalghia Kingdom tiba-tiba.
“Dulu sewaktu Jhuro Yashura masih ada di sini dia juga seperti itu orangnya. Sepertinya buah jatuh gak jauh dari pohonnya,” jawab Kepala Desa sambil tertawa dangkal.
Pangeran Tua mengelus dagunya, menatap lekat dan meneliti dekat-dekat sosok Shira.
“Kabarnya Pendeta Tinggi sedang pergi dari Keluarga Yashura,” katanya dalam hati. “Tapi kenapa dia masih bisa tau tentang Guardian?” tanya kemudian dalam hati lagi.
Guardian, adalah pasukan pengawal elite rahasia yang dimiliki Tatalghia Kingdom. Mereka bertugas melindungi keluarga kerajaan dari bayang-bayang. Karena rahasia, tentu saja mereka mengambil kebanggaan dari kemampuan mereka melindungi dari belakang.
Di Tatalghia Kingdom, ada ucapan yang menyatakan, jika seseorang bisa melihat Guardian yang bersembunyi, maka ia akan menjadi ancaman bagi keluarga kerajaan Tatalghia!
Shira tak mungkin bisa melihat keberadaan Guardian begitu saja. Walaupun mereka menaruh papan pengumuman dan berdiri di tengah lapangan, orang biasa tak akan bisa menyadari kehadiran mereka dengan mudah.
Itu berarti, ada seseorang, yang lebih kuat dari empat Guardian Tatalghia, yang juga berada di balik Shira!
Pangeran Tua menghembuskan napas panjang. Yang hanya bisa ia bayangkan hanyalah mantan Pendeta Tinggi Moon Temple, Kakek Lharu. Tapi seperti yang ia tahu, kakek itu pergi, tak mungkin melindungi Shira sekarang.
Ia tak tahu, walau Guardian adalah pasukan bayangan, yang mengawasi tempat ini bukan Tatalghia Kingdom saja. Juga banyak pasukan bayangan yang bersembunyi di sini, mengenakan pakaian gelap, dan hanya terdiri dari wanita saja.
Mereka adalah pasukan bayangan Purple Garden Sect, yang dipimpin oleh Shadow, dan menghadap kepada Bibi Niu Elang.
Tapi juga, bukan merekalah yang melindungi Shira dari belakang sekarang.
Entah itu pasukan bayangan Tatalghia Kingdom, atau Purple Garden Sect... ada seseorang yang kehadirannya tak bisa mereka rasakan jika ia ingin bersembunyi. Orang itu, tanpa sepengetahuan orang lain, mengawasi semua orang, melihat dari atas, seperti manusia besar yang mengawasi semut-semut kecil.
Di matanya, entah pasukan Guardian atau Purple Garden Sect yang memiliki prestise luar biasa, hanyalah semut yang bisa ia injak dengan mudah jika menginginkannya.
“Ah!” saat ini, tiba-tiba saja Pangeran Edicha yang sibuk mengipasi dirinya sejak tadi, melihat ke arah langit-langit dengan wajah kebingungan.
“Pangeran Edicha, ada apa?” tanya Komandan Tarekh.
“Aku baru sadar, Mas Boy sudah kembali,” katanya.
Banyak yang memiliki opini tersendiri tentang sikap Shira barusan. Ada yang terkesan, ada yang mengejek ketololannya, ada pula yang menggeleng-gelengkan kepala menyayangkan seperti Kepala Desa Badril.
Di Keluarga Yashura, orang-orang sudah berwajah pucat. Belum cukup mereka bermusuhan dengan Keluarga Blackwood yang memiliki prestise jauh di atas mereka, Shira pun mencari musuh yang jauh lebih kuat lagi!
Tentu saja, di tempat lain ada yang tersenyum puas melihat itu.
“Shira Yashura, tentu punya karakter cowok sejati,” kata seorang wanita riang kepada seorang nenek yang duduk di sebelahnya.
“Ya. Keluarga Shira memiliki singa sebagai simbol keluarga mereka. Dan itu bukanlah hanya pajangan saja,” kata nenek itu. Ia adalah Nenek Sari. Ia berkata dengan nada sopan dan sambil menaruh senyum di wajahnya.
Wanita yang duduk di sebelahnya, ia tahu statusnya. Yeela, Sect Master dari Purple Garden Sect. Walau ia adalah seorang junior, kekuatan Sari berada di bawah wanita cantik ini. Apalagi statusnya. Bahkan sepuh-sepuh dan para eselon Moon Temple yang lain pun akan bersikap sopan di depannya.
“Aku penasaran bagaimana pendapat Dik Bhela tentang sikap calonnya barusan?” tanya Sect Master Yeela, melihat ke arah Bhela yang duduk di seberang Nenek Sari.
Bhela melihat ke arah wanita itu. Ia mengerti bagaimana nenek buyutnya sangat dingin kepada orang asing. Ia akan mengacuhkan jika ada seseorang yang tiba-tiba mengajaknya mengobrol, kecuali orang itu memiliki status yang tak bisa ia pandang sebelah mata.
“Kata orang Shira anaknya pendiam. Tapi sebenarnya dia orangnya pemberani. Tapi hanya berani saja gak akan membuahkan hasil apa-apa. Ini bukan pertama kalinya Bhela melihat dia bersikap angkuh seperti ini, jadi Bhela sangat menyayangkan sikapnya kepada Pangeran Tatalghia,” katanya dengan nada pelan.
Tentu saja Bhela mengingat bagaimana Shira dengan dinginnya menolak ikut party ketika berburu di Gunung Badril beberapa waktu lalu. Hasilnya? Ia hampir mati di terkena amukan Raja Gorila.
Jika Raja Gorila bisa membuatnya hampir mati begitu, bagaimana nasib Shira jika ia terang-terangan menantang Tatalghia Kingdom yang memiliki kekuatan ribuan kali lipat dari Raja Gorila?
Sama saja mencari mati. Mulai sekarang, pertunangan ini hanya pretensi saja. Shira tak akan hidup cukup lama sampai hari pernikahan tiba. Begitulah yang dipikirkan Bhela.
Mendengar itu, Sect Master Yeela terkikik kecil. “Pesimis sekali. Dia itu calon suamimu, loh.”
Bhela Malikh tak tahu bagaimana harus membalas ucapan Sect Master Yeela lagi. Ketika ditanya pendapatnya, ia menjawab sesuai yang ada dalam benaknya. Tanpa ada kata-kata manis untuk menjilat. Walau Bhela memiliki status tinggi, tapi Bhela bukanlah gadis yang suka menjilat orang lain untuk menaikkan status sosialnya. Di hadapan Sect Master Yeela, Bhela hanya merasa wajib untuk menjawab pertanyaannya, itu saja.
Sedang Nenek Sari hanya tersenyum melihatnya.
“Kalau begitu, Ryntia, bagaimana pendapatmu soal Shira?” tanya Sect Master kepada muridnya.
“Dulu sebelum aku pergi Shira hanyalah anak ingusan dan pemalu. Tapi sekarang pas sudah besar ternyata dia lumayan tampan dan percaya diri juga,” pujinya sambil tersenyum malu.
“Oh, kamu berkata begitu, jadi benar-benar gak keberatan?” Sect Master bertanya dengan tersenyum dengan maksud tertentu. Tentu saja Ryntia mengerti maksud gurunya.
Ryntia Elzier mencuri pandang ke arah Shira yang berdiri di tengah-tengah penonton.
“Pria yang hebat biasanya memiliki beberapa istri. Raja pun memiliki banyak selir. Shira Yashura, walaupun masih muda, tapi memiliki aura akan menjadi pria hebat nanti. Jika Dik Bhela gak keberatan, aku juga gak akan ada keberatan,” katanya dengan pelan-pelan.
“Kalau begitu tinggal dibicarakan saja,” kata Sect Master mengangguk. “Sepertinya setelah Shira mengalahkan Tuan Muda Blackwood, Nenek Sari, kita harus berdiskusi soal ini.”
Nenek Sari mengangkat alisnya. “Berdiskusi tentang apa?”
“Siapa yang akan menjadi istri pertama dan kedua,” kata Sect Master Yeela. “Ryntia adalah muridku yang akan mewarisi posisi Sect Master. Jadi kuharap Keluarga Malikh membiarkannya untuk jadi istri pertama.”
Nenek Sari terbelalak tak percaya. Ia melihat ke arah Ryntia yang merundukkan kepalanya malu-malu, mengerti ucapan Sect Master tak main-main.
Purple Garden Sect ingin membentuk tali keluarga dengan Yashura lewat pernikahan? Dengan mempersembahkan murid terbaik mereka, yang akan menjadi Sect Master di masa depan, untuk dinikahkan dengan Shira Yashura?
“Sepertinya kalian belum berbicara kepada Yashura,” Nenek Sari melihat ke arah Sect Master dan ke arah murid yang duduk di sebelah wanita paruh baya itu. “Apa kalian tahu tentang Lharu?” tanyanya dingin. Tiba-tiba saja ia curiga tentang motif Purple Garden Sect.
“Mantan Pendeta Tinggi?” Sect Master Yeela menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ini sama sekali gak ada hubungan dengannya. Tapi Purple Garden Sect harus menikah dengan Keluarga Yashura. Kuharap Nenek Sari mengerti.”
Tentu saja Sect Master Yeela tak akan mengatakan motif Purple Garden Sect yang sebenarnya kepada Nenek Sari.
Nenek itu tak tahu tentang kontrak Purple Garden Sect dan Immortal Blood Knight, yang mengharuskan mereka tunduk menjadi bawahan Shira. Mereka hanya menggunakan alasan pernikahan ini, walau hanya pura-pura, untuk mempertahankan prestise Purple Garden Sect jika otoritas mereka tiba-tiba pindah ke tangan seorang pemuda tak dikenal.
Kemudian tiba-tiba Sect Master Yeela menolehkan pandangannya ke arah gadis kecil yang memeluk erat sebuah bola berbulu ungu di seberang Bhela. Refleks, Nenek Sari yang memandangi lekat Sect Master barusan, juga ikut menoleh ke arah Lyla.
“Barangkali, kita akan berdiskusi tentang istri ke tiga juga,” katanya sambil tersenyum melihat Lyla Blackwood yang di wajahnya masih tersisa tinta merah merona.
Bhela semenjak kecil ditunangkan dengan Shira, dan Ryntia arus menikah ke Keluarga Yashura. Tapi sebenarnya, siapa gadis yang benar-benar disukai Shira?
Sect Master hanya tersenyum. Semenjak awal Purple Garden Sect mengawasi Shira. Tentu saja, dari informasi yang ia percayai, Shira sudah memberanikan diri untuk mencium gadis kecil ini tepat di bibirnya.
“Duel ini akan berlangsung tiga babak,” kata suara lantang dari tengah pondong, terdengar sekarang.
“Babak pertama, Shira Yashura, Frane Blackwood, bersiap-siap!”