Bab 68 - Si Jenius yang Malas

Semua orang tercengang melihat Frane Blackwood yang meringis kesakitan memegang luka berdarah di pinggangnya.

Sedang Shira, yang tadi diserang, yang nampak tak bergerak dari tempat dirinya... sama sekali tak tergores pedang Frane.

Percuma! Angkuh dan dingin sekali ucapan Shira.

“Ini... bukannya kabar angin mengatakan kalau talenta Shira itu buruk sekali? Sampai-sampai dia dijuluki cacat sama orang-orang?” seseorang masih tak bisa mempercayai apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia tahu skill ‘Glowing Sun Strike’. Di tengah-tengah cahaya yang menyilaukan itu, di tengah-tengah serangan ‘Glowing Sun Strike’ yang menyilaukan... Shira bisa keluar tak tergores, malah menyerang balik Frane Blackwood!

“Teknik bertarung yang mengagumkan.”

“Istimewa! Apa yang dilakukan Shira sampai bisa melukai Frane di tengah-tengah silau tadi?”

Semua orang melihat ke arah Mr. Takeshi. Bahkan figur seperti Pangeran Tua Tatalghia dan Purple Garden Sect juga melihat ke arahnya. Karena yang membuka mata di tengah-tengah silau tadi, menonton sambil berkomentar dengan gagah, hanya Mr. Takeshi seorang!

“Hmmm...” Mr. Takeshi mengelus dagunya yang berjanggut sambil berkata pada dirinya sendiri. “Menakjubkan kalau anak itu benar-benar mewarisi ‘Senam Bugar Technique’. Tapi sepertinya waktu belajar yang dia dapat cuma sebentar. Dia hanya bisa melihat permukaan dari esensi skill buff ‘Senam Bugar Technique’ dan bahkan fondasinya sangat tipis sekali. Itu jelas terlihat dari gerakan senamnya tadi... yang kelihatan malas-malasan. Bagaimana bisa bugar kalau dia malas gerak seperti itu?”

Sebagian besar orang-orang yang mendengar ucapan Mr. Takeshi, tak mengerti apa yang ia maksud. Tapi dari nada menyesalnya, orang-orang tahu bahwa performa Shira di arena duel masih belum maksimal.

Bahkan setelah Shira menyerang balik ‘Glowing Sun Strike’ kebanggaan Sir Blackwood yang terkenal itu, Mr. Takeshi masih menyuarakan kekecewaannya!

Di dalam cahaya yang menyilaukan tadi, Mr. Takeshi bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi. Shira memanfaatkan skill pasif-nya, digabungkan dengan efek buff ‘Senam Bugar Technique’, ia mampu meninggalkan luka di pinggang Frane.

Tapi sayang, serangan Shira hanya setengah hati. Mr. Takeshi bisa melihat pemuda ini benar-benar malas, melihat pertandingan duel ini dengan sebelah mata dan sama sekali tak mengeluarkan semangatnya untuk bertarung.

“Wasit! Wasit! Serangan Shira ingin membunuh anakku!” saat ini tiba-tiba saja suara Tuan Besar Blackwood terdengar oleh semua orang. “Mengapa kamu diam saja? Berikan dia penalti!”

“Penalti?” tanya si wasit dengan wajah mencibir. “Itu cuma luka biasa. Shira gak menyerang area vitalnya. Masih aman! Kalau gak percaya coba cek hit point-nya.”

Walau status dan atribut peserta duel terkunci dan tak bisa dibaca dengan ‘Status Window’, tapi hanya jika melihat sisa hit point atau mana peserta, itu adalah hal yang mudah.

“Oh, ya. Damage Shira terlalu kecil kalau mau membunuh Frane Blackwood. Itu paling Tuan Besar Blackwood cuma pengen cari ribut aja,” desis salah seorang penonton tak puas setelah melihat hit point mereka berdua.

“Hei, coba lihat. Ada yang aneh dengan hit point Frane!”

“Beneran! Ah! Lihat, kenapa hit point-nya sedikit-sedikit berkurang seperti itu?!”

“Apa ini skill Shira yang lain?!”

Semua orang berpikir demikian. Mereka melihat ke arah luka di pinggang Frane. Darah merah tak henti-hentinya mengucur dari sela-sela jemarinya.

Semuanya pun langsung paham. Shira menggunakan sebuah skill atau teknik yang membuat pendarahan Frane tak berhenti.

“Keluarga Yashura memang luar biasa. Skill untuk Novice sangat langka, tapi mereka memiliki lebih dari satu skill seperti itu,” salah seorang penonton dari kerajaan lain mendesahkan napas, kemudian melihat ke arah Shuro Yashura, si Kepala Keluarga Yashura. “Kepala Keluarga Yashura, aku sangat takjub melihat keluarga kecil seperti Keluarga Yashura Anda memiliki warisan yang unik seperti itu. Istimewa sekali!”

Shuro Yashura yang tak mengerti apa-apa pun terkejut mendapat pujian penonton tersebut. “Oh? Oh, ya! Jelas! Keluarga Yashura memang yang terbaik. Wuhahaha! Wuhahahahah!” Padahal ia sendiri tak banyak mengerti Shira mendapat skill itu dari mana. Tawanya jadi terdengar dangkal, apalagi dengan teror Tatalghia yang disebabkan Shira...

“Kurang ajar!” saat ini Tuan Besar Blackwood yang mukanya sudah tak sedap dipandang langsung berdiri dan meraung kalap. “Jelas-jelas Keluarga Yashura ingin membunuh anakku dengan menghabiskan darahnya, kalian malah memuji mereka! Kurang ajar! Apa-apaan ini?!”

Si wasit pun menjadi mengerutkan alisnya. Benar juga. Di duel mana pun, para pesertanya paling bertukar gerakan-gerakan yang keren dan saling menyerang biasa. Jika mereka ingin membunuh, itu perkara lain lagi. Membuat musuh kehabisan darah, tentu bukan etika saling tukar kemampuan dalam pertandingan duel.

“Shira Yashura,” panggil si wasit dengan nada tegas. “Skill macam apa ini. Duel ini adalah duel persahabatan. Apa kamu menyerang Frane Blackwood dengan niat buruk?”

Mendengar ucapan wasit yang nadanya hampir seperti ia akan menghentikan duel itu, Shira hanya mengangkat bahunya.

“Di kasih heal biasa ntar juga bakalan hilang,” jawabnya malas.

Memang benar. Ia menggunakan skill ‘Open Wound’, tapi tak menyerang area vital Frane. Jadi hanya dengan skill heal atau ramuan biasa seharusnya bisa menghentikan efek pendarahan itu.

“Tapi sayangnya,” kata Shira menambahkan, “kalau mau di kasih heal kamu harus keluar garis itu. Gak ada cara lain.”

Shira berkata dengan nada malas sambil menunjuk garis arena. Mendengar itu, semua orang langsung menjadi paham maksudnya.

“Apa Shira bilang... nyawa Frane akan terancam jika dia tetap ada di arena?!” salah seorang penonton berseru tak percaya.

“Orang lain gak bisa masuk ke arena untuk menolongnya. Jika begitu, Frane akan dinyatakan gugur!”

“Istimewa sekali, bung! Shira membuat Frane Blackwood sekakmat hanya dalam sekali serang! Bahkan kita semua gak bisa melihatnya menyerang Frane, istimewa!”

“Tadi dia menendang Frane keluar arena sampai kalah, sekarang dia memaksa lagi Frane keluar arena hanya sekali serang. Siapa yang bilang Shira itu cacat?! Dia itu jenius! Belum pernah aku melihat duel dimenangkan segampang ini!”

“Bahkan katanya kekuatan Shira jauh di bawah Frane, tapi Frane Blackwood gak berkutik kayak jangkrik seperti itu!”

“Ahhhh! Anjir! Siapa yang bilang tadi Shira bakalan seratus persen kalah?! Tau gini aku taruh uangku buat Shira. Perbandingannya dua banding sepuluh! Sialan!”

Semua orang berseru takjub melihat kemampuan Shira. Pemuda itu hanya berdiri santai. Diam-diam ia tersenyum dalam hati. Setiap pujian takjub orang-orang benar-benar membuat percaya dirinya naik.

“Kukira bakalan susah duelnya,” kata Shira dalam hati, berkata pada Kabut Ungu. “Kalau gampang seperti ini buat apa aku susah-susah latihan seperti kemarin?”

“Kerja bagus, Master! Kalahkan Blackwood sialan itu!” sahut Kabut Ungu bersemangat.

“Kabut Ungu... bukannya kamu datang dari Kesadaran Laut?” tanya Shira tersenyum masam dalam hatinya.

“Iya memang. Ada apa tiba-tiba Master ngomong begitu?”

“Bukannya Kesadaran Laut yang kutemui waktu itu adalah Lyla?”

“Terus kenapa?” tanya Kabut Ungu polosnya.

“Apa gak apa-apa kuperlakukan Blackwood seperti ini?” tanya Shira.

“Keluarga sialan itu hajar saja sampai babak belur. Master, aku mendukungmu!”

Shira tak tahu harus berkata apa setelah mendengar kata Kabut Ungu itu.

“Curang! Anak itu sudah berbuat curang menggunakan cara licik seperti itu!” seru Tuan Besar Blackwood lagi. Seperti kelihatannya, ia akan maju dan mengambil kesempatan untuk menjatuhkan Shira.

Jelas dari kening si wasit yang berkerut ia sudah kesal pada bangsawan menyebalkan ini. “Shira menggunakan skill-nya sendiri, sah. Itu gak melanggar aturan.”

Orang-orang mengangguk mendengarnya. Bahkan mendapatkan skill seperti itu sudah menunjukkan kekuatan seseorang. Skill yang bisa digunakan Novice sangat langka. Dan akan bertahan bahkan jika ia akan mendapatkan kelas tersendiri nantinya. Oleh karena itu orang-orang menjadi kagum bila Keluarga Yashura memiliki manual skill tersebut.

Bahkan sudah ada keluarga bangsawan dari kerajaan lain yang mencoba dekat dengan Keluarga Yashura hanya untuk mendapatkan manual skill tersebut.

Sayangnya, mereka tak tahu, hampir semua skill Shira berasal dari Arwah Baik Hati, Gyl von Tiramikal yang hanya sekali memperlihatkan wajah mereka di depan Keluarga Yashura. Sisa skill yang Shira pelajari berasal dari salah satu buku Kakek Lharu.

“Tapi skill dengan efek seperti ini bukannya berat sebelah?” tanya Frane Blackwood kepada wasit dengan nada dingin.

“Waktu aku gak bisa melihat apa-apa gara-gara skill¬-mu yang silau aku gak mengeluh,” kata Shira santai. Ia pun jongkok, merebahkan dirinya duduk di tengah-tengah arena. “Kalau kamu mau membuang-buang waktu untuk berdebat aku ladeni.”

Ia kemudian menoleh ke arah staf balai desa yang berdiri menunggu perintah atasannya. “Boleh aku minta segelas teh manis?” pintanya. “Gak apa-apa minum teh kan? Selagi bengong begini?” tanya Shira kepada si wasit.

“Terserahlah,” kata wasit juga tak banyak ingin berpikir soal itu.

Setelah teh Shira datang, Tuan Besar Blackwood mencari ribut lagi.

“Curang! Curang itu!” teriaknya keras-keras.

“Pak tua, ngotot sekali kau. Itu cuma teh manis,” gerutu si wasit tak senang.

“Tapi itu dihitung mendapat bantuan dari luar, kan? Kalau ada orang lain masuk ke arena atau dia sendiri yang keluar dari arena, Shira dinyatakan kalah!” saat ini anaknya Frane juga ikut berdebat.

“Taruh saja tehnya di garis arena,” kata si wasit tak memedulikan pasangan ayah dan anak ini.

“Cih,” Tuan Besar Blackwood kembali duduk dengan wajah tak puas.

“Kalau kamu mau teh juga gak apa-apa,” kata si wasit kepada Frane Blackwood.

“Gak perlu, lanjutkan saja duelnya.”

Perhatian pun tertuju pada Shira, yang dengan santainya duduk meregangkan kaki sambil meminum segelas teh manis.

“Hei, Shira. Duel akan dilanjutkan lagi. Nanti saja ngetehnya,” kata si wasit.

“Begini aja gak apa-apa,” kata Shira santai sambil berdiri kembali dengan segelas teh manis di tangan kanan, sedang tangan kirinya memegang pedang pendek senjatanya.

“Sebenarnya bertarung begini juga gak adil. Kuhitung jika gak ditangani tiga menit pendarahan lukamu bakal jadi gawat. Tapi kalau menang pun nanti aku bakal dibilang membully Tuan Muda ini. Jadi kuberikan kesempatan pada Blackwood; aku bakal bertarung dengan tangan kiri saja mulai sekarang,” kata Shira mengumumkan sambil mengangkat gelas teh di tangan kanannya untuk membuktikan perkataannya.

Akan melawan petarung dengan level yang lebih tinggi darinya dengan hanya tangan kiri, membuat orang-orang menjadi gempar.

“Ngeri! Duel dengan satu tangan... ngeri njir!”

“Bahkan seharusnya kalau dilihat dari level dia dirugikan telak. Masih berani ngelawan Frane dengan satu tangan kiri aja! Tapi ngeliat kejadian tadi, aku dibuat gak bisa berkata apa-apa!”

“Anaknya Jhuro! Panteslah keren kayak bapaknya!”

Banyak yang menjadi bersemangat tentang tantangan Shira yang meremehkan Blackwood.

Sedang dari Blackwood sendiri, wajah mereka yang sudah tenggelam, makin menjadi merah padam tak tertahankan.

“Jangan sombong dulu kamu Shira!” murka Frane Blackwood. Ia tak tahu harus berkata apa selain kata-kata klise seperti itu.

“Bilang apa barusan? Masih gak adil juga? Oke,” Shira maju beberapa langkah, menyunggingkan seringai meremehkan yang terpampang di wajah Frane waktu ia mengunjungi gerbang Yashura bersama Malikh waktu itu.

“Aku akan bertarung dengan teh di tangan kanan seperti ini,” kata Shira melanjutkan. “Jika Tuan Muda Blackwood berhasil membuatku meneteskan satu tetes teh saja, maka aku akan mengaku kalah—bukan kalah dari babak kedua semata, tapi aku akan mengaku kalah dari duel ini!”

Semua orang menarik napas keras terkejut.

Membuat Shira meneteskan satu tetes teh, maka Frane Blackwood yang akan menang?

Ini bukan lagi melihat musuhnya dengan satu mata. Tapi sikap Shira jelas-jelas sudah menganggap Blackwood sebagai lalat, yang tak pantas menyita perhatian walau hanya sesaat!

Semua orang dibuat gempar lagi. Ini bukan kali pertamanya Shira bersikap angkuh di tempat ini. Habis sudah muka Blackwood diinjak-injak olehnya.

Ini adalah pembalasan untuk Blackwood sudah membuat malu Keluarga Yashura waktu Keluarga Malikh berkunjung dulu.

Shira, kali ini, bersumpah akan mengampelas rata muka Blackwood!