Bab 95 - Minion Kabut Ungu Kedua

Regu penyelamat yang dipimpin oleh Sylvia Thunderstone, seharian merasa frustrasi.

Yang hanya mereka harapkan adalah bertemu dengan salah satu seorang yang selamat dari kamp yang memberi pesan darurat, siapa pun itu. Mereka ingin cepat-cepat mengetahui kondisi di padang pasir ini. Serta alasan mengapa orang-orang yang gagal mereka selamatkan menjadi mayat berjalan.

Namun yang mereka temui adalah seorang kakek aneh. Benar-benar aneh tetapi kekuatannya membuat mereka berkeringat dingin. Delapan orang anggota regu, walaupun menyatukan kekuatan, tak mampu menahan tendangan kakek yang membuat mereka frustrasi semenjak tadi.

Yang membuat mereka lebih frustrasi lagi adalah sifat tak tahu diri kakek ini. Pertama-tama ia dengan serius memperingatkan mereka bila mereka tetap tinggal di sini, mereka akan mati sia-sia. Beberapa saat kemudian, seperti tak mengingat peringatannya tadi, kakek itu langsung melahap sebagian besar bekal makanan dan persediaan regu penyelamat itu.

“Nyam, nyam. Daging asap, rotinya juga enak. Kalian semua cucu-cucu yang baik mau menolong kakek yang kelafharan ini. Nyam, nyam,” Kakek Lharu mengunyah makanan sampai pipinya mengembung seperti balon. Ia terus melahap banyak makanan yang ia ambil dari persediaan regu penyelamat itu. Kakek ini benar-benar terlihat seperti orang yang belum makan selama sebulan sekarang.

Sedang yang lain hanya bisa pasrah melihat sebagian besar persediaan mereka masuk ke dalam perut Kakek Lharu. Bahkan pemimpin mereka, Sylvia Thunderstone, hampir pingsan karena saking lelahnya ia menahan amarah.

Dengan susah payah regu penyelamat itu menyembunyikan sisa bekal yang belum dilihat oleh Kakek Lharu. Semuanya berkeringat dingin karena takut kakek sialan ini menemukan sisa bekal mereka. Jika itu terjadi, habis sudah mereka sekarang.

“Kalau begini terus bukan karena musuh kita mati, tapi gara-gara kakek sialan ini,” salah seorang berbisik sambil terdengar jelas suara giginya menggertak. Yang lain mengangguk setuju dengan ucapannya sambil muka mereka tertekuk masam semua.

“Ayo kita serang diam-diam lagi,” saran yang lain.

“Jangan, jangan! Apa dari tadi kalian pada gak kapok juga? Kakek itu punya mata di belakang kepalanya!” tampik seseorang.

“Aku ingin balas dendam... balas menendang pantatnya!”

Selesai menumpang makan dan menghabiskan lebih dari setengah persediaan regu itu, Kakek Lharu dengan santainya bersendawa sambil mengelus-elus perutnya yang kembung.

“Sialan!” banyak dari anggota regu itu yang tak bisa menahan diri untuk mengumpatnya.

Tapi Kakek Lharu tak mengindahkan amarah mereka sama sekali.

Ia pun bangkit dari duduknya. Sambil menusuk daging yang menyelip di giginya ia berjalan dengan angkuhnya ke arah regu penyelamat itu.

“Kalian semua orang-orang yang baik hatinya,” Kakek Lharu tersenyum sambil mengangguk-angguk melihat para junior di depannya. Ia menaruh tangan di belakang punggungnya dan mengangkat dagu pura-pura menjadi seorang pendekar tua yang bijak. “Ini adalah tempat di mana seseorang menjadi hewan buas untuk memperebutkan air dan makanan. Tapi kalian dengan ikhlas membagi pada orang yang membutuhkan. Karena itu aku akan memberi kalian imbalan...”

Para regu penyelamat yang mendengar itu hampir muntah darah.

Ikhlas matamu! Tepat saat kakek itu melihat makanan dan minuman mereka, matanya yang tua langsung berubah menjadi mata setan yang sedang kelaparan. Gerakan tangannya gesit sekali merampok makanan mereka. Bahkan seorang yang bersikeras mempertahankan bekalnya, dihajar sampai pingsan oleh kakek sialan ini!

Kakek bangke, bukan kami yang baik hatinya, tapi situ yang bejat sudah merampok kami!

Sylvia Thunderstone yang memimpin mereka langsung pingsan karena tak tahan lagi menahan geramnya sendiri.

Yang lain hanya pasrah melihat komandan mereka jatuh seperti itu.

“Seengaknya kita masih dapat imbalan...” kata seorang Knight pasrah menerima takdir.

Kakek Lharu mengeluarkan sesuatu dari mystic bag-nya.

“Ini adalah senjata suci yang kusimpan puluhan tahun. Salah satu senjata terkuat di dalam sejarah. Tapi entah mengapa dunia bisa melupakan namanya... yang adalah... ‘Ultimate Holy Flaming God Slayer Demon Killer Glory Bringer Sky Slasher and One Heaven Piercer Mighty Sharpest in the World Short Sword’. Senjata ini bisa membunuh seorang dewa langit dengan sekali tebas... dibaptis menggunakan darah tiga ratus tiga puluh tiga dewa langit dan enam ratus enam puluh enam jantung iblis neraka selama ratusan tahun terakhir... jadi gunakan baik-baik, wahai anak-anak muda!” urat nadi Kakek Lharu menyembul di kening karena saking seriusnya.

Semuanya melotot.

Kemudian mereka mengusap peluh keringat saat mendengar Kakek Lharu memberikan senjata suci itu.

Tapi bukan karena nama pedang pendek yang sangat mengesankan itu yang membuat mereka merinding. Melainkan mereka sudah sangat tak asing lagi dengan jenis senjata ini.

“Itu.... itu.... pedang pendek yang sering dijual di warung pinggir jalan seharga dua puluh lima koin perak!” seseorang tak mampu menahan keterkejutannya saat melihat pedang pendek yang dikeluarkan oleh Kakek Lharu.

Tapi wajah Kakek Lharu masih serius dan mengangkat dagunya tinggi-tinggi, sama sekali tak berhenti bersikap seolah-olah ia adalah pendekar tua yang bijaknya menyamai tinggi langit dan dalamnya lautan.

Para regu penyelamat itu tak ingin ada masalah lagi dengan kakek sialan ini. Semakin cepat mereka berpisah dengannya semakin baik. Jadi seseorang maju untuk menerima ‘Ultimate Holy Flaming God Slayer Demon Killer Glory Bringer Sky Slasher and One Heaven Piercer Mighty Sharpest in the World Short Sword’ dari Kakek Lharu.

Kakek Lharu pun berbalik sambil mengibaskan jubahnya yang dekil. Kemudian berjalan angkuh dan lebar sambil berusaha mempertahankan imaji orang tua yang bijak. Beberapa langkah kemudian ia kembali ke tempat di mana para regu penyelamat itu menemukannya, berbaring lalu tidur kembali dengan sikap yang sama persis seperti yang sebelumnya.

Regu penyelamat tadi kemudian pergi sambil membopong pemimpin mereka yang pingsan. Mereka tak henti-hentinya mengeluh karena perbekalan mereka yang sudah dimakan Kakek Lharu yang sebanyak itu, hanya dihargai oleh pedang pendek seharga dua puluh lima koin perak saja.

Semenjak ia menyerap kabut ungu dari Kakek Badril, ia merasakan kekuatannya bertambah pesat.

Di saat yang bersamaan, semua orang di Desa Badril tak ada yang mengingat kakek itu. Setelah seharian menggarukkan kepala, akhirnya Kabut Ungu yang awalnya tak bisa dihubungi berbicara dan mengatakan bahwa Kakek Badril bukanlah tubuh asli Raja Gunung. Melainkan sebuah boneka yang dibuat Spirit Conductor itu menggunakan elemen kabut ungunya lalu menyuntikkan sedikit kesadaran.

Shira Yashura takjub mendengar cara Raja Gunung menciptakan Kakek Badril dari Kabut Ungu. Prinsipnya tak jauh berbeda dari skill ‘Conjure Image’ yang dimiliki Shira. Dengan membuat proyeksi dengan skill tersebut, kemudian memberikannya kesadaran atau arwah untuk menghuni, Raja Gunung membuat klon yang mampu bertahan puluhan ribu tahun.

Faktanya, Kakek Badril sudah lama mendiam di sini. Kabut Ungu mengira-ngira sudah lebih dari seribu tahun. Tapi karena aura yang ditinggalkan Raja Gunung, walaupun beberapa rumor muncul tentang usia Kakek Badril, tapi tak ada yang merasa hal itu terlalu penting dan mempelajarinya lebih dalam.

Aura yang sama juga aktif kembali ketika Shira menyerap elemen kabut ungu yang membentuk Kakek Badril, membuat semua orang kehilangan kenangan tentang kakek yang gemar melukis itu.

Beberapa hari ini Shira sering kali pergi ke perpustakaan desa untuk membaca seharian.

Ia datang ke sini untuk mempelajari tentang anatomi makhluk hidup, terutama hewan-hewan buas.

Kabut Ungu memberitahu kalau wisdom dan kepekatan kabut ungunya mencukupi untuk menggunakan ‘Conjure Minion’ lagi. Bukan hanya sekali, bahkan tiga sampai empat kali pun tak masalah.

Sehari setelah Shira menyerap kabut ungu dari Kakek Badril, ia langsung membuat makhluk ungu kedua setelah Momon.

Karena ia tak memiliki pengetahuan tentang anatomi hewan yang mendalam waktu itu, Shira hanya bisa membuat makhluk dengan bentuk yang sederhana. Karena itu makhluk kabut ungu yang kedua berbentuk bulat mirip seperti Momon. Hanya saja, makhluk yang Shira ciptakan kali ini memiliki mulut dan mampu menciptakan suara dan bunyi untuk mengekspresikan dirinya. Walau selama ini ia hanya membalas ucapan tuannya dengan membelasut saja.

Makhluk ini diberi nama Mamam oleh Shira.

Bola berbulu ungu dengan mata besar berwarna biru yang selalu terlihat kelam.

Mamam menemani Shira membaca di perpustakaan. Pemuda itu menyembunyikan Mamam di bajunya seperti ia menyembunyikan Momon seperti sebelumnya.

Saat Mamam menyelip di baju Shira, tubuhnya mampu mengecil tapi tetap tak cukup bila dimasukkan dalam saku. Hal ini sebenarnya mirip dilakukan oleh Momon sebelumnya karena akan aneh dilihat bila ia masuk ke dalam baju Shira dengan ukuran aslinya.

Shira mendapati sikap Momon dan Mamam terlalu jauh berbeda. Bila Momon selalu ceria dan melompat-lompat untuk mengekspresikan dirinya, Mamam selalu diam dan mendengus bila Shira memberi perintah padanya.

“Aku perlu mencari hewan yang mudah dipelajari dan cocok untuk ‘Conjure Minion’-ku yang ketiga. Hewan yang benar-benar memiliki kemampuan bertarung yang bisa diandalkan,” kata Shira Yashura pada Kabut Ungu sembari membalik buku yang ia baca halaman demi halaman.

“Bila Master membuat minion yang modelnya hewan gesit seperti serigala atau hiena, mereka akan sangat bermanfaat menggunakan strategi serangan dadakan karena damage dan speed mereka bisa menutupi pertahanan makhluk berkabut ungu yang lebih rentan ketimbang hewan buas biasa. Sedang bila mengikuti anatomi badak atau hewan berkulit keras lainnya, pertahanan fisik mereka cukup bila Master membutuhkan tanker melawan musuh yang gak mengandalkan serangan elemen atau sihir.”

Shira menggaruk kepalanya usai mendengar penjelasan Kabut Ungu. “Biasanya yang hewan buas apa yang sering dimanfaatkan oleh Spirit Conductor lain?”

“Yang paling bisa diandalkan adalah makhluk berkabut ungu yang diciptakan berdasarkan karakteristik singa. Selain kemampuan bertarung mereka yang sangat kuat dan di atas rata-rata, raungan mereka bisa memberikan efek buff pada seluruh pasukan minion yang lain dan di saat yang bersamaan mampu memberikan debuff yang membuat semangat juang pasukan musuh berkurang drastis. Singa berkabut ungu sering digunakan Spirit Conductor untuk menjadi jenderal pasukan hewan buas mereka.”

“Tapi sekarang aku belum punya pasukan, mubazir kalau memilih singa sekarang, bukan?” kata Shira ragu-ragu.

“Ada yang menunda seperti itu dan membuat hewan buas yang lain, ada juga yang langsung membuat singa kabut ungu di awal-awal untuk dibesarkan dan dilatih menjadi jenderal yang hebat. Tapi sebenarnya juga tergantung bagaimana gaya bertarung Master nanti. Komposisi jenis minion dan gaya bertarung Spiri Conductor serta banyak faktor lain menentukan kekuatan rata-rata mereka.”

Shira mengangguk-angguk. Saat ini, karena ia terlanjur menggunakan beberapa slot ‘Mental Link’-nya dengan membuat Momon dan Mamam, ia tak ingin buru-buru memilih jenis minion selanjutnya.

Satu slot ‘Mental Link’ membutuhkan kira-kira lima puluh wisdom. Itu salah satu alasan mengapa Shira hanya bisa membuat Momon sebelumnya.

Jika Shira tetap memaksa menggunakan ‘Conjure Minion’-nya tanpa wisdom yang mencukupi, walaupun elemen kabut ungunya cukup pekat, maka ia hanya bisa mengendalikan makhluk berkabut ungu yang ia buat hanya dalam waktu sehari-dua hari.

Yang terjadi selanjutnya, menurut Kabut Ungu, minion yang ia buat tak akan bisa ia kendalikan dan malah kemungkinan besar akan memberontak dan menyerang tuannya sendiri.

Saat sore menjelang, pengunjung perpustakaan desa mulai pulang satu per satu. Karena memang semenjak awal desa sepi sekarang, tak banyak yang datang ke sini awalnya. Pada akhirnya, penjaga perpustakaan meminta Shira, pengunjung terakhir, untuk segera menyelesaikan bacanya karena perpustakaan akan segera tutup.

Shira tak masalah untuk pulang tapi ia ingin meminjam buku dari perpustakaan itu. Ia tak bisa memilih karena tumpukan buku yang ia pinjam banyak sekali. Penjaga perpustakaan yang cemas berada di depan Shira Yashura yang namanya ditakuti akhir-akhir ini langsung saja memberikan izin pada pemuda itu untuk meminjam semua buku yang ia inginkan.

Akhirnya Shira pulang membawa puluhan buku yang ia masukkan dalam mystic bag-nya. Penjaga perpustakaan itu bahkan memberikan jangka waktu meminjam lebih lama ketimbang peminjam lainnya, berharap pemuda bernama Shira Yashura itu tak kembali lagi ke tempatnya.

Shira begitu senang dan bersiap untuk begadang menyelesaikan studinya tentang anatomi hewan-hewan buas sebelum ia memutuskan minion-nya yang ketiga.

“Setelah menciptakan minion, kayaknya aku butuh menaikkan ‘Water Flowing Style’-ku ke level 4,” gumam Shira saat berjalan sendirian. Efek skill ‘Water Flowing Style’ sangat mengagumkan tapi hanya sebatas dirinya mengelak dan kabut dari pertarungan. Skill itu kurang cocok bila diandalkan untuk melindungi orang lain.

Saat ia sudah melangkahkan kaki setengah jalan, Shira tak menyangka bakal melihat sosok Yulong berdiri menunggu. Saat kepala pelayan itu melihat tuan mudanya, ia langsung menghampiri Shira.

“Tuan Muda Shira, Tuan Shuro menyuruh saya untuk mencari Tuan Muda Shira semenjak tadi,” kata Yulong. Ia menunjukkan wajah seperti lega sudah menemukan Shira. Padahal semenjak tadi, ia membuang-buang waktu dan menunggu di sini walau tahu Shira menghabiskan waktunya di perpustakaan desa.

“Yulong, ada apa di rumah?” tanya Shira.

“Keluarga Elzier ingin membicarakan hal penting dengan keluarga kita,” jawab Yulong sambil menemani langkah Shira dari samping, sedikit mengikuti di belakang. “Selain itu Keluarga Malikh dan wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai Sect Master Yeela dari Purple Garden Sect juga hadir untuk menemani Keluarga Elzier.”

“Hmm?” Shira mengangkat alisnya ketika mendengar Sect Master Purple Garden Sect juga hadir. Pemuda itu lalu menggaruk-garuk kepalanya karena menghadiri pertemuan penting macam inilah yang sangat ia tak sukai.